Seolah-olah menjualkan diri kita untuk kesenangan orang tetapi ditutupi dalam bentuk talenta, penampilan, dan perilaku di depan publik serta para penggemar. Seorang idol diberikan fondasi dalam bentuk agensi. Agensi tersebut bekerja untuk mengatur para idolanya dan mengatur keberlangsungan dari grup-grupnya terutama dalam mempertahankan idol mereka karena orang-orang tersebutlah sumber uang mereka. Idola-idola mereka tersebutlah yang seharusnya mereka prioritaskan agar terus bekerja untuk agensinya.
Tetapi SM Entertainment pada kasus kali ini malah memprioritaskan keinginan para penggemar dan mengeluarkan Seunghan dari grupnya. Berbeda sekali dengan agensi lain yang memang memprioritaskan para idolanya, seperti JYP Entertainment. JYP sudah berkali-kali melindungi para idolanya dari perundungan atau pelecehan dari para penggemarnya secara daring maupun langsung.Â
Dalam kehidupan idol sendiri terdapat banyak aturan-aturan yang tidak diberikan secara langsung tetapi para idol tersebut sendiri sudah harus tahu. Beberapa dari aturan tersebut seperti larangan untuk berpacaran, tidak melakukan penyimpangan sosial, dan beberapa tindakan lainnya dengan tujuan utama yaitu untuk menghindari skandal. Aturan-aturan tersebut sangat membatasi kebebasan kehidupan seseorang dengan balasan kalau orang tersebut akan menjadi terkenal dan kaya
Selain dari itu kehidupan idol juga sangat terbatasi oleh keinginan-keinginan para penggemar. Kadang sering kali seorang idol merubah penampilan dirinya atau cara mereka berperilaku karena keinginan dan omongan para penggemarnya. Memang terdengar tidak adil dan tidak manusiawi tetapi itulah sisi buruk dari industri idola.
Budaya Toxic Korea
Ketidakadilan tersebut berakar dari buruknya pola pikir para netizen Korea yang membiasakan budaya perundungan tersebut terhadap seorang idol. Orang-orang tidak memandang usia atau kondisi idol tersebut seperti seorang manusia selayaknya, tetapi mereka memandang idol-idol tersebut sebagai objek kesenangan mereka.
Pemikiran konservatif inilah yang menyebabkan banyak kasus perundingan yang terjadi di perindustrian musik korea. Banyak sekali kejadian perundingan tersebut yang mengakibatkan tragedi seperti keluarnya anggota tersebut dari sebuah grup atau bahkan lebih buruk lagi hingga ada yang memakan korban jiwa.Â
Beberapa kasus ini disebabkan oleh perundingan daring melalui social media. Para oknum tersebut dapat sebebasnya memaki, meledek, atau bahkan memberikan ancaman mati kepada para idol tersebut.Â
Ada beberapa oknum yang bahkan langsung datang secara fisik ke tempat tinggal idolanya dan mengabaikan privasi mereka hingga bahkan masuk ke ruangan hotel dan memegang barang-barang mereka. Idol-idol tersebut tidak memiliki opsi lain selain dari menerima bahwa faktanya kehidupan mereka akan seperti itu. Budaya ini menjadi sebuah hal yang dinormalisasikan dan beberapa idol tersebut yang harus beradaptasi atau menerima kehidupannya.
Walaupun terdapat bukti dan bentuk asli dari perundingan tersebut, banyak dari netizen korea yang menolak dari adanya budaya perundingan ini. Sering sekali banyak mendengar dari netizen Korea bahwa mereka sangat mengedepankan antibullying tetapi faktanya berkali-kali terus merekalah yang melakukan perundingan tersebut dan yang menyebabkan para idola tersebut harus menerima konsekuensi dan dampaknya mau secara emosional maupun secara fisik.Â
Memang perindustrian musik Korea yang berdasarkan idol bukanlah sebuah industri yang sehat atau patut untuk diikuti dan dibiarkan begitu saja. Sebagai seorang penggemar musik Korea sendiri, saya sangat prihatin terhadap kondisi budaya toxic yang ada di dalam industri tersebut.Â