Setelah menghadapi pandemi akibat COVID-19 yang sudah hampir berjalan selama 2 tahun yaitu 2020 hingga pada tahun 2022, Akhirnya negara-negara di dunia menjalani babak baru yang dimana aktivitas ekonomi sudah berjalan kembali seperti semula. Namun, hal ini tidak membuat ekonomi berjalan sebagaimana mestinya.Â
Pada pertengahan tahun 2022, banyak orang ekonomi yang memprediksikan bahwa fenomena Resesi Ekonomi 2023 akan terjadi. Lalu, apakah Resesi Ekonomi 2023 akan memiliki dampak yang besar terhadap Indonesia? Bagaimana pertukaran kurs Rupiah ketika Resesi Ekonomi 2023 ini terjadi?
Sebelum melangkah ke inti topik, Apa itu sebenarnya Resesi Ekonomi 2023? Menurut OJK (Otoritas Jasa Keuangan), resesi merupakan suatu kondisi yang dimana perekonomian di suatu negara sedang memburuk.Â
Hal ini dapat dilihat dengan tingkatan PDB (Produk Domestik Bruto) yang sedang menurun, pengangguran yang semakin meningkat dan pertumbuhan ekonomi yang menurun atau bernilai negatif selama dua kuartal secara berturut-turut. Sedangkan menurut Forbes, resesi merupakan suatu fenomena dimana terjadi penurunan secara signifikan di sektor ekonomi yang berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.
Lalu, bagaimana Resesi Ekonomi 2023 ini bisa terjadi? Apa alasannya? Menurut Alinda dilansir dari web kpbu.kemenkeu.go.id, terdapat 4 faktor yang menyebabkan Resesi Ekonomi 2023 terjadi. Yang pertama ialah aktivitas ekonomi global yang menurun secara drastis diakibatkan setiap negara di dunia lebih mementingkan bagaimana menghadapi pandemi di negaranya.Â
Di lain sisi, adanya pandemi juga membuat setiap negara mengharuskan menjaga ketahanan pangan di negaranya agar dapat menghadapi pandemi ini. Yang kedua ialah perang antara Rusia-Ukraina yang berlangsung pada awal tahun 2022 yang menyebabkan menghilangnya PDB Global hingga 2.8 Triliun USD.Â
Hal ini dikarenakan negara-negara di dunia kehilangan pasokan utamanya dibidang energi yang dimana Rusia hampir memasok produksi energi gas alam dan minyak buminya di negara-negara di benua Eropa. Yang ketiga ialah tingginya tingkat inflasi di Dunia.Â
Mengutip laporan World Economic Outlook edisi Oktober 2022, IMF (International Monetary Fund) memproyeksikan bahwa laju inflasi global akan menurun di tahun 2023 menjadi 6.5%. Yang terakhir ialah kenaikan suku bunga acuan. Apabila suku bunga acuan meningkat maka otomatis suku bunga pada bank-bank umum juga akan meningkat. Hal ini membuat masyarakat akan lebih susah untuk mendapatkan akses kredit dikarenakan naiknya suku bunga.
Lalu, bagaimana dampak Resesi Ekonomi 2023 ini terhadap Indonesia? Sri Mulyani selaku Menteri Keuangan Republik Indonesia optimis bahwa Indonesia dapat menghadapi fenomena resesi ini.Â
Mengutip dari cbncindonesia.com, Sri Mulyani mengatakan bahwa "We are good, we are resilience pada saat pressure begitu besar dan bank sentral semua negara menaikkan suku bunga, termasuk kita. Tapi ekonomi kita tumbuh 5.3%, ekspor kita masih bagus, surplus 3 kali lipat dari tahun 2021." (3/3/2023).Â
Hal ini dikatakan oleh Sri Mulyani tanpa adanya suatu alasan, meningkatnya angka APBN hingga angka belanja negara membuat Sri Mulyani optimis bahwa Indonesia dapat menghadapi resesi ini. Sri Mulyani menambahkan bahwa penerimaan negara Indonesia tumbuh 48% sampai dengan bulan Januari 2023.Â