Mohon tunggu...
Wynne Rosada
Wynne Rosada Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Airlangga University

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Pencegahan Peningkatan Stunting oleh Mahasiswa Universitas Airlangga Program BBK Tematik

20 Januari 2024   14:11 Diperbarui: 20 Januari 2024   14:13 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 2. Diseminasi Awal di Puskesmas Sidosermo

Stunting merupakan kondisi dimana balita dinyatakan memiliki panjang atau tinggi yang pendek dibanding   dengan   umur.   Panjang atau tinggi badannya lebih kecil dari standar pertumbuhan anak dari WHO (Kemenkes, 2018). Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis sehingga anak lebih pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi   dalam kandungan dan pada masa awal kehidupan setelah lahir, tetapi baru tampak setelah anak berusia 2 tahun (Izwardy, 2019).

Stunting adalah anak balita (bayi di bawah lima tahun) yang gagal tumbuh akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun. Balita pendek (stunted) dan sangat pendek (severely stunted) adalah balita dengan panjang badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U) menurut umurnya dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS (Multicentre Growth Reference Study) 2006. Sedangkan definisi stunting menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) adalah   anak   balita   dengan   nilai   z-skor nya kurang   dari   -2SD/standar   deviasi (stunted) dan   kurang dari -- 3SD (severely stunted) (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, 2017).

Stunting disebabkan oleh faktor multidimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita. Intervensi yang paling menentukan untuk dapat mengurangi prevalensi stunting oleh karenanya perlu dilakukan pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dari anak balita. Secara lebih detail, beberapa faktor yang menjadi penyebab stunting dapat digambarkan sebagai berikut praktek pengasuhan yang kurang baik, masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk pelayanan ANC Antenatal Care (pelayanan kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan) Post Natal Care dan pembelajaran dini yang berkualitas), masih kurangnya akses rumah tangga/keluarga ke makanan bergizi, kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi (Kemenkes, 2018).

Dampak stunting yang ditimbulkan dapat dibagi menjadi dampak jangka pendek dan jangka panjang (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, 2017). Dampak jangka pendek, antara lain peningkatan kejadian kesakitan dan kematian; perkembangan kognitif, motorik, dan verbal pada anak tidak optimal; dan peningkatan biaya kesehatan. Sedangkan untuk dampak jangka panjang, antara lain postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa (lebih   pendek   dibandingkan pada umumnya); meningkatnya   risiko obesitas dan penyakit lainnya; menurunnya kesehatan reproduksi; kapasitas belajar dan performa yang kurang optimal saat masa sekolah; dan produktivitas dan kapasitas kerja yang tidak optimal pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan/HPK. Kegiatan terkait Intervensi Gizi Sensitif dapat dilaksanakan melalui beberapa kegiatan yang umumnya makro dan dilakukan secara lintas Kementerian dan Lembaga.

Gambar 2. Diseminasi Awal di Puskesmas Sidosermo
Gambar 2. Diseminasi Awal di Puskesmas Sidosermo
Ada beberapa tahapan yang dilakukan dalam program pengabdian masyarakat mulai dari persiapan program sampai pada tahap pelaksanaan program diantaranya kegiatan pertama yaitu :
  • LADUNI (Layanan Terpadu Pranikah) 

LADUNI bertujuan meningkatkan cakupan pemeriksaan kesehatan pranikah dan menurunkan prevalensi anemia, komplikasi kehamilan, BBLR, neonatal stunting dengan sasaran calon pengantin dan ibu hamil. Rancangan kegiatannya yaitu mahasiswa melakukan intervensi konsumsi suplemen Multiple Micronutrients (MMN) yang merupakan suplemen donasi dari mitra luar negeri (The Vitamin Angels Alliance), mendampingi calon pengantin dan ibu hamil, mengedukasi ibu hamil untuk rutin melakukan pemeriksaan kesehatan ke puskesmas, melakukan SBCC untuk meningkatkan kepatuhan minum suplemen MMN, melakukan visit dan mendampingi calon pengantin dan ibu hamil untuk memberikan suplemen MMN dan mendorong kepatuhan minum. Output dari kegiatan pertama ini adalah peningkatan cakupan pemeriksaan kesehatan pranikah dan peningkatan pemanfaatan aplikasi ELSIMIL (aplikasi BKKBN untuk memantau kesehatan calon pengantin).

  • SBCC-BESTIEZ (Social Behaviour Change Communication: Bunda Teredukasi Sehat, Hebat, Peduli Gizi) 

SBCC - BESTIEZ bertujuan untuk mengubah perilaku ibu hamil dalam praktik makan, dan manajemen kesehatan mental ibu, penguatan peran PKK dan TPK sebagai edukator dan konselor Kesehatan. Sasaran kegiatan ini adalah Ibu hamil, TPK, dan PKK Rancangan. Dalam kegiatan ini mahasiswa memfasilitasi pelaksanaan kegiatan pelatihan 'ToT' TPK dan kader kesehatan terkait gizi ibu hamil dan manajemen stres, dan melakukan edukasi gizi melalui media kreatif. Output kegiatannya adalah peningkatan cakupan kelas ibu hamil dan peningkatan aktivitas DASHAT (Dapur Sehat).

  • FORMULA PANGAN BERIMAN (Formulasi Pangan lokal Seimbang, Beragam, berbasis hewani) 

FORMULA PANGAN BERIMAN bertujuan untuk mengembangkan formula makanan berbasis pangan hewani untuk meningkatkan asupan protein bagi ibu hamil, catin dan remaja putri untuk mendukung program DASHAT (Dapur Sehat). Sasaran dari kegiatan ini adalah ibu hamil, calon pengantin, dan remaja putri. Dalam kegiatan ini mahasiswa mengenalkan produk hasil perikanan dan produk pangan hewani, mengembangkan formula makanan berbasis pangan hewani dan praktik pengolahannya, mendokumentasi formula makanan dan proses pengolahan dalam bentuk media (video). Output dari kegiatan adalah tersedia formula makanan dan produk makanan dan aktivitas DASHAT (Dapur Sehat).

Gambar 3. Formula Pangan Beriman dengan bahan tinggi protein
Gambar 3. Formula Pangan Beriman dengan bahan tinggi protein

Survei pasar dilakukan di Pasar Jagir Sidoresmo, Kecamatan Wonokromo, Surabaya. Dari hasil survei dipilih daging ayam sebagai bahan utama untuk membuat menu Formula Pangan Beriman yakni "Ayam Jahe". Pemilihan daging ayam dikarenakan bahan ini dapat dikonsumsi oleh seluruh kalangan usia dan bahan mudah didapatkan dengan harga yang terjangkau. Selain itu, dikutip dari Tabel Komposisi Pangan Indonesia (TKPI) pada tahun 2017, dalam 100 gram daging ayam mengandung energi sebesar 298 kkal, protein sebesar 18,2 g, lemak sebesar 25 g, karbohidrat sebesar 0 g, kalsium 14 mg, zat besi sebesar 1,5 mg, dan zinc sebesar 0,6 mg. Sedangkan pemilihan rempah jahe sebagai bumbu utama dalam menu ini adalah jahe berkhasiat untuk menghangatkan badan, menambah nafsu makan, mengatasi sakit pinggang, meningkatkan stamina tubuh, mengobat kepala pusing, dan melancarkan ASI (Aryanta, 2019). Dalam 100 gram jahe mengandung energi sebesar 51 kkal, protein sebesar 1,5 g, lemak sebesar 1 g, karbohidrat sebesar 10,1 g, kalsium 21 mg, zat besi sebesar 1,6 mg, dan zinc sebesar 0,7 mg.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun