Mohon tunggu...
Wyndra
Wyndra Mohon Tunggu... Konsultan - Laki-laki

Profesional, penikmat film Warkop DKI & X-File.\r\nHORMATILAH KARYA TULIS MILIK ORANG. Tidak ada FB dan Twitter

Selanjutnya

Tutup

Nature

Sawit Sinar Mas: Audit Selesai, Pembeli Malah "Good Bye"

6 September 2010   17:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:24 1808
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

"Alam adalah anugerah kita bersama...". Ini adalah penggalan kalimat yang diucapkan seorang petinggi Sinar Mas Group dalam iklan televisi yang kerap ditayangkan menjelang adzan maghrib atau buka puasa di bulan Ramadhan ini. Persepsi dan pesan yang simpatik atas pemanfaatan lahan kelapa sawit yang tetap memedulikan pelestarian lingkungan sehingga produknya diklaim ramah lingkungan.

Terkesan  iklan tersebut sebagai bentuk "perlawanan" terhadap tudingan keras dan kampanye Greenpeace atas produk minyak sawit grup usaha Sinar Mas, terutama PT. Sinar Mas Agro Resources & Technology Tbk. (SMART), yang menyebut kelompok usaha tersebut telah melakukan pembukaan hutan (deforestation) dan lahan gambut (peatland) dengan merusak (devastating) karena tidak mengantungi AMDAL serta melanggar larangan pemanfaatan lahan gambut di kedalaman lebih dari 3 meter. Dengan begitu keanekaragaman hayati dan habitat orang utan pun dinilai ikut rusak serta memperparah perubahan iklim. Tentunya kompasianer ingat, dampaknya 4 perusahaan multinasional kemudian menghentikan kerjasama pembelian produk minyak sawit Sinar Mas, yaitu Unilever (Koran Tempo, 19 Maret 2010), Nestle, Kraft dan Carrefour (disini).

Mengatasi polemik tersebut, ditunjuklah BSI Group (BSI) dan Control Union Certification (CUC) sebagai auditor independen untuk mengevaluasi dan menguji kebenaran tuduhan tersebut. Hasilnya, IVEX, Independent Verification Report, dipublikasikan tanggal 10 Agustus 2010. Yang unik, baik Greenpeace maupun SMART menafsirkan laporan tersebut secara bertolak-belakang. Bayangkan, 1 laporan dengan kesimpulan yang bertentangan!

Greenpeace bersikukuh laporan tersebut justru membuktikan kebenaran tuduhannya selama ini : SMART (Sinar Mas) melakukan perusakan lingkungan (devastating) dalam memanfaatkan lahan minyak sawitnya, yaitu pembukaan hutan (deforestation) tanpa AMDAL, dan memanfaatkan lahan gambut (peatland) pada kedalaman lebih dari 3 meter. Malahan para auditor tersebut menuding Sinar Mas telah "misreport" atas elemen-elemen dalam laporan mereka. Lengkapnya bisa dilihat disini. Sedangkan menurut SMART (Sinar Mas), laporan IVEX tersebut membuktikan bahwa SMART adalah perusahaan yang bertanggungjawab dalam produki kelapa sawit yang berwawasan lingkungan (sustainable palm oil production) (disini), mengantungi AMDAL atas 5 wilayah konsesi di Kalimantan Barat, bahkan senantiasa melakukan konservasi orang utan dan habitatnya (disini).

Menyusul terbitnya audit tersebut, tanggal 3 September 2010 lalu terbetik berita bahwa Sinar Mas grup kembali "ditinggalkan" pembelinya. Tidak main-main, pembeli dimaksud adalah produser fastfood Burger King (disini). Bila dihitung, SMART (Sinar Mas) sudah kehilangan 5 pembeli tetap minyak sawitnya. Perusahaan multinasional pula. Kurang jelas, berapa potensi kerugian materiil yang dialami usaha ini. Belum lagi kerugian immateriil berwujud nama baik dan reputasinya, yang justru menjadi kunci dalam menjalin hubungan bisnis/perdagangan. Semua bisa hancur "hanya" karena isu lingkungan.

Banyak komentar dan penilaian miring yang mengatakan Greenpeace melakukan kampanye hitam (black campaign), dengan tujuan diantaranya melemahkan daya saing produk & potensi sumber alam Indonesia, persaingan kolega bisnis, dan sebagainya. Saya sendiri menganggap hal tersebut spekulatif dan argumentatif. Mengapa demikian, karena sawit SMART (Sinar Mas) terlalu penting untuk dipojokkan. Sekilas kualitas produknya tidak jauh berbeda dengan produk usaha lokal lainnya. Seandainya pun Greenpeace melakukan kampanye hitam karena persaingan bisnis, mengapa sasarannya bukan perusahaan-perusahaan asal Malaysia, negara penghasil minyak sawit nomer wahid sedunia. Disisi lain, perusahaan-perusahaan yang diketahui menghentikan kontrak dengan SMART (Sinar Mas) tersebut adalah berkelas dunia, yang mempunyai sistem, prosedur dan etika kerja yang precise, persistent dan cenderung rigid. Apakah berani mempertaruhkan hal tersebut dengan isu yang tidak scientific..?

Bagaimana dengan kompasianer, tentunya bisa mempunyai pandangan dan analisis yang berbeda-beda.

Foto diatas adalah ilustrasi, diambil dari dumbview.com.

"Menyadur, mengutip, menyalin, termasuk copy-paste, materi dan/atau kalimat dalam tulisan ini tanpa menyebut/merujuk sumber/pemiliknya adalah pelanggaran etika, dan pidana hak cipta (copy rights)"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun