Mohon tunggu...
Wylvera Windayana
Wylvera Windayana Mohon Tunggu... lainnya -

Saya Ibu rumah tangga, Penulis, Trainer Penulisan, dan guru Ekstrakurikuler Jurnalistik di SDIT Thariq Bin Ziyad, Pondok Hijau Permai, Bekasi.

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

(FFA) Serbuk Ajaib Tiko Kelinci

19 Oktober 2013   11:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:20 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh Wylvera W. nomor 24



Ladang wortel Pak Tani tumbuh subur. Pak Tani gembira melihat tanaman wortelnya yang sebentar lagi akan dipanen. Selain Pak Tani, ada seekor kelinci yang ikut merasa senang melihat wortel-wortel di ladang itu. Namanya Tiko Kelinci.

Keesokan harinya, ketika akan memanen, Pak Tani terkejut melihat sebagian pohon wortelnya sudah gundul.

“Haah?! Siapa yang mencuri wortel-wortelku?” tanya Pak Tani kecewa.

“Pak Badrun pasti marah kalau aku tak bisa memenuhi janji untuk mengantarkan wortel-wortel ini. Apa yang harus kulakukan?” keluh Pak Tani semakin panik.

Pak Badrun adalah juragan yang memiliki usaha penampungan hasil panen sayuran dari para petani. Dia selalu membeli hasil panen Pak Tani. Kemarin, Pak Badrun sudah memberikan uang kepada Pak Tani.

“Ya Tuhan...bagaimana ini?” sesal Pak Tani berulang-ulang.

Tak berapa lama, Pak Badrun tiba di kebun Pak Tani. Pak Badrun menagih janji Pak Tani.

“Aku sudah menunggu sejak pagi. Pedagang wortel sudah bolak-balik ke gudang sayuranku untuk mengambil wortel. Mana kiriman wortelmu Pak Tani?” tanya Pak Badrun dengan wajah kesal. Pak Tani menundukkan wajahnya.

“Ada yang mencuri wortel saya, Pak Badrun,” jawab Pak Tani bersedih.

“Haaah? Saya enggak mau tahu. Kamu harus mencari gantinya. Kalau tidak, kamu harus kembalikan uang saya!” seru Pak Badrun sambil berlalu meninggalkan Pak Tani.

Dari kejauhan, Tiko Kelinci melihat Pak Tani sedang bersedih melihat kebun wortelnya yang porak-poranda. Tiko Kelinci merasa ikut bersedih. Dia mendekati Pak Tani.

“Oh, kamu ya yang mencuri wortel-wortelku?!” bentak Pak Tani.

“Bu...bukan, Pak,” jawab Tiko Kelinci ketakutan.

“Kamu jangan berbohong!” sergah Pak Tani lagi.

“Sungguh...bukan saya pencurinya,” ujar Tiko Kelinci membela diri.

Sebelum Pak Tani bertambah marah, Tiko Kelinci memilih lari dan kembali ke hutan. Di tengah perjalanan, Tiko Kelinci mendengar isak tangis dari balik semak-semak. Dia menghentikan langkahnya.

“Aduuuh...gigiku sakiiit. Aku tak bisa mengunyah...huuu, padahal perutku lapar sekali,” suara itu semakin jelas di telinga Tiko Kelinci.

“Aku mengenal suara itu. Dia pasti Pipo, si kelinci usil yang suka mengganggu teman-teman sepermainannya,” ujar Tiko Kelinci mendekati suara itu.

“Kamu kenapa?” tanya Tiko Kelinci heran melihat Pipo memegangi pipinya yang basah oleh air mata.

“Ini...gigiku sakit sekali, huuu...,” jawab Pipo sambil meringis.

Tiko Kelinci melihat wortel berserakan di dekat Pipo. Beberapa di antaranya sudah bekas digigit.

“Hmm, dari mana kamu mendapat wortel-wortel ini?” tanya Tiko Kelinci mulai curiga.

“Aku...aku... mengambilnya dari ladang Pak Tani...shhh,” jawab Pipo masih meringis.

“Kamu mencuri wortel-wortel Pak Tani ya?”

“I...iya, aku kelaparan. Kulihat wortel Pak Tani banyak dan gemuk-gemuk. Kupikir Pak Tani tak akan marah jika aku mengambilnya sebagian untuk persediaan makanku,” jawab Pipo merasa tak bersalah.

“Pantas saja gigimu sakit, itu hukuman buatmu, Pipo. Gara-gara kamu Pak Tani jadi sedih karena tak bisa menjual hasil panennya kepada Pak Badrun. Sekarang, kamu harus ikut denganku menghadap Pak Tani!” ujar Tiko Kelinci.

“Aku tak mau...gigiku masih sakit. Aku juga tak mau kalau Pak Tani memarahiku,” elak Pipo menolak ajakan Tiko Kelinci.

“Aku punya obat untuk gigimu yang sakit itu, tapi kamu harus berjanji mau meminta maaf ke Pak Tani dan membantunya menanam ulang wortel-wortel baru,” ujar Tiko Kelinci memaksa Pipo.

Akhirnya Pipo menurut karena tak kuat menahankan rasa sakit di giginya. Setelah meminum obat pereda rasa sakit gigi, mereka pun bersama-sama menjumpai Pak Tani.

“Mau apa lagi kamu ke sini? Mau mencuri wortel-wortelku lagi?!” hardik Pak Tani masih kesal kepada Tiko Kelinci.

“Maafkan saya, Pak Tani. Saya yang mengambil wortel Bapak, bukan Tiko Kelinci. Saya ingin membantu ayah saya untuk menambah stok makanan di rumah kami,” ujar Pipo mengharap belas kasih Pak Tani.

“Tetap saja itu namanya mencuri. Hmm...baiklah, kamu saya maafkan. Tapi, kamu harus membantu saya untuk menanam wortel-wortel ini kembali. Kalau tidak, Pak Badrun akan mengambil kebun wortelku,” kata Pak Tani.

“Terima kasih, Pak Tani. Saya siap membantu Bapak,” balas Pipo senang sambil meraba pipinya. Rasa sakit di giginya sekarang benar-benar sembuh.

“Saya juga ikut membantu, Pak,” sambar Tiko Kelinci.

“Maafkan saya karena sudah menuduhmu tadi,” ujar Pak Tani kepada Tiko Kelinci yang dibalasnya dengan senyum.

Pekerjaan menanam wortet-wortel baru pun dilakukan. Tiko Kelinci mengeluarkan serbuk dari botol di sakunya. Tiko Kelinci mencampurkan serbuk itu dengan air penyiram tanaman wortel. Diam-diam Tiko Kelinci menyirami tanaman wortel baru dengan cairan serbuk itu. Pak Tani dan Pipo tidak memperhatikan Tiko Kelinci.

Setelah cairan disiramkan, tidak lebih dari satu jam, wortel-wortel tumbuh dengan subur. Pak Tani terkejut.

“Wah! Mengapa tanaman wortel ini cepat sekali tumbuhnya?!” seru Pak Tani. Tiko Kelinci tersenyum melihat Pak Tani yang sedang melompat-lompat kegirangan. Pipo juga merasa heran melihat tanaman yang baru saja selesai mereka kerjakan tiba-tiba tumbuh dengan buah wortel yang segar.

Pak Tani, Pipo dan Tiko Kelinci pun sibuk memanen wortel-wortel itu. Semua wortel dimasukkan ke dalam beberapa karung besar untuk diantarkan ke gudang Pak Badrun. Sehabis mengantarkan wortel, Pak Tani berterima kasih kepada Tiko Kelinci dan Pipo.

“Saya sangat berterima kasih kepada kalian. Kalau kalian mau, tinggallah bersamaku. Kalian bisa menikmati wortel sepuas hati,” kata Pak Tani mengajak Tiko Kelinci dan Pipo.

“Terima kasih, Pak Tani. Biarlah kami tetap di hutan. Sesekali kami akan datang menjenguk Bapak,” jawab Tiko Kelinci.

“Baiklah kalau begitu. Kapan saja kalian ingin makan wortel, kalian bisa datang sesuka hati,” balas Pak Tani memberi janji.

“Horeee!” teriak Pipo gembira.

“Terima kasih, Pak Tani. Terimalah serbuk ajaib ini. Siapa tahu, sewaktu-waktu Bapak memerlukannya,” ujar Tiko Kelinci memberikan sebotol lagi serbuk ajaib penyubur tanaman wortel. Pak Tani kembali terkejut, namun bibirnya buru-buru tersenyum.[]

NB.
Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community dengan judul:              Inilah Perhelatan & Hasil Karya Peserta Event Festival Fiksi Anak. Silahkan bergabung di grup FB Fiksiana Community

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun