Budayawan Emha Ainun Najib atau biasa disapa Cak Nun bagiku adalah seorang makhluk Tuhan yang liar namun ia sanggup menguasai keliaran dirinya. Cak Nun sangat sulit didefinisikan karena pikiran dan kehidupannya selalu dinamis dan sangat beragam.
Hampir semua aspek kehidupan manusia ia amati, pelajari, pahami, dalami, hingga memberi solusi-solusi untuk setiap permasalahan yang ia temukan. Aspek ekonomi, sosial, budaya, politik, kesusastraan, kepemerintahan, kebangsaan, kesejarahan, pendidikan, hingga keagamaan semua ia masuki dan ia selami dengan penuh kesabaran.
Dalam perjalanan hidupnya, Cak Nun telah berjuang mengumpulkan pasukan-pasukan khusus untuk membangun masa depan. Jamaah Maiyah (JM). JM dilatih berfikir, bernalar, memandang kehidupan, dan mengerjakan setiap aktifitas agar lebih teliti dan hati-hati. JM disadarkan bahwa peradaban manusia abad-21 sudah sampai pada puncak kehancuran dan sebentar lagi akan roboh saling bertubrukan.
Dalam rangka mengolah cara berpikir atau mindsett JM diberi pelok untuk ditanam. Cak Nun berharap agar pelok-pelok itu terus dirawat hingga ia tumbuh besar dan berbuah. Cak Nun sengaja tidak memberikan buah mangga yang sudah matang karena buah yang tinggal dimakan tidak akan mengajarkan kemandirian dan kecardasan untuk merawat dan menjaga.
Cak Nun Kiai pemberi pelok. Cak Nun Kiai Pelok. Semoga pelok-pelok itu tumbuh dengan subur hingga kelak dapat berbuah lebat dan manis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H