IPNU punya potensi yang lebih besar dari pada organisasi-organisasi intra/ekstra di sekolah. Jenjang karir di osis hanya selesai saat menjadi PH ketika kelas XI SMA. Sedangkan IPNU bisa sampai ke tingkat Pimpinan Pusat saat usia 24-27 tahun (ketika kuliah S1/S2/S3).
Seseorang pernah berpesan pada saya mengenai pentingnya proses berjenjang. "Kader yang lahir dengan jenjang karir yang runtut mulai dari ranting, PAC, PC, PW, dan PP, akan lebih pandai berkomunikasi dan bisa menyesuaikan dirinya di berbagai tempat," kata seseorang tersebut padaku.
Dia menyamakan hal tersebut dengan jenjang bersekolah. "Tidak bisa anak baru lulus SD kemudian langsung minta kuliah. Dia harus melalui tahap SMP dan SMA terlebih dahulu," katanya.
Seseorang tersebut bukan mempersoalkan tentang kepandaian atau tingkat kecerdasan intelektualnya, tapi lebih pada poin "Belajar sesrawung dengan usia sebaya".
"Anak SD sering berinteraksi dengan sesama anak SD, maka akan terbentuk karakter sesuai pada usianya. Demikian pula anak SMP, SMA, dan Mahasiswa. Kelak anak-anak tersebut akan paham bagaimana harus berkomunikasi dengan orang lain lintas usia," terangnya.
Apa yang disampaikan oleh seseorang tersebut juga saya amini. Saya sepakat, karena dia juga tahu bahwa di IPNU juga mengajarkan hal demikian. Senior-senior IPNU selalu memberikan pemahaman tentang pentingnya berproses dengan runtut. Kadang bicara mengenai urutan IPNU-ANSOR-NU. Kadang juga urutan Makesta-Lakmud-Lakut. Kadang juga mengenai jenjang Ranting/PK-PAC-PC-PW-PP.
Mengenai jenjang karir organisasi, itu sama halnya dengan jenjang karir di perusahaan. Bedanya, kalau di IPNU kita ikhlas beramal. Kalau di perusahaan, kita digaji sesuai jabatan.
Pengembangan karir (jenjang kepengurusan) untuk seorang kader di organisasi IPNU (termasuk IPPNU) memegang peranan penting sebagai faktor utama pendorong motivasi berproses kader itu sendiri. Jenjang karir yang cukup jelas tentu dapat membuat kader tahu bagaimana organisasi IPNU menghargai kinerja/proses mereka dalam kurun waktu tertentu.
Saya pun juga sering bilang kepada adek-adek saya di Ranting, Jangan berhenti berproses. Setelah ini harus jadi pengurus PAC. Demikian pula di PAC. Bahkan lebih jauh lagi, potensi mereka sebagai pengurus PAC sudah lebih jauh dari kader-kader di Ranting dan PK. PAC harus terus melahirkan kader-kader yang unggul dan semangat berproses. Jangan berhenti di PAC. Setelah ini lanjut ke PC, dan PW. Bahkan jika ada slot ke PP, masuk aja!
Poinnya adalah untuk memberikan support system kepada kader-kader yang potensial dan mumpuni. Hal ini tidak bisa didorong dari ranah horizontal atau dari bawah saja, namun dari atas (senior-senior) juga harus ikut mengawalnya.
Setiap kader/anggota IPNU pasti punya kesibukan masing-masing. Pasti punya pemikiran masing-masing. Pasti punya prinsip masing-masing. Hal yang saya tulis ini bukanlah kebenaran mutlak. Tulisan ini akan menjadi opini yang luwes jika bersentuhan dengan realita di lapangan atau wilayah praksis.