Dia menulis banyak cerita di medsos dengan nama akun samaran, nama tokoh hanya ada kata ganti orang pertama (aku), orang kedua tunggal (kau), dan orang ketiga tunggal (dia), latar waktu dan tempat samaran. Dia komitmen menulis cerpen setiap hari satu tulisan dengan target 730 tulisan (dua tahun). Tulisan tersebut ia upload setiap pukul 24.00 WIB, dan sekarang (Minggu, 30/05) sudah mencapai 557 postingan/cerita.
Selain kawanku itu, ada juga yang menjadi hobi menulis cerpen karena patah hati. Bukan patah hati dengan pasangannya, tapi patah hati dengan kelompok tertentu yang sebelumnya sudah lama ia ikuti. Di kelompok tersebut ia punya beda pendapat. Akhirnya dikucilkan dan tidak pernah diajak komunikasi perihal agenda-agenda kelompoknya. And than, blog pribadinya menjadi lahan basah untuk melampiaskan kekesalan dan kekecewaan kepada kawan-kawannya tersebut.
Tapi cerpen yang muncul karena patah hati sebab asmara dan patah hati sebab lainnya memiliki perbedaan yang sangat terasa. Kasus pertama lebih emosional dan nyata sebab penggambarannya lebih mendalam. Kasus kedua kadang masih sangat dangkal dan tidak sampai menyentuh hati pembaca. Makanya redaksi Mojok lebih menyarankan cerpen ditulis oleh kasus pertama.
Lalu, jika belum belum pernah punya kekasih apalagi patah hati, bagaimana dong?
Nah, kalau itu, jangan pernah menulis puisi atau cerpen, pasti jelek hasilnya. Menulis esai saja buat Mojok.co. Sebab konon, tiada esai di Mojok yang lebih bagus ketimbang esai yang ditulis oleh seseorang yang nihil kekasih.
Agus Mulyadi dan Arman Dhani itu dulu kalau nulis di Mojok pasti bagus, sekarang setelah keduanya punya pacar, tulisannya jadi busuk minta ampun. Jangankan bagus, jelek saja belum. Kalaupun bisa dimuat, itu bukan karena tulisannya yang bagus, tapi karena koneksi orang dalam saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H