Mohon tunggu...
Syarif Dhanurendra
Syarif Dhanurendra Mohon Tunggu... Jurnalis - www.caksyarif.my.id

Pura-pura jadi Penulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bunga Mekar di Tahun Itu

4 Februari 2019   11:25 Diperbarui: 4 Februari 2019   11:28 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: http://kampusholic.co

Di siang yang cerah, aku berusaha merenung sejenak mengingat sagala hal yang telah ku lakukan selama ini. Semilir angin terasa masuk dari pintu dan celah ventilasi kontrakanku. Walau aku agak flu dan meriang, namun hal itu kuabaikan karena sudah makanan sehari-hari setiap BM belum cair seperti ini.

Dulu, tahun 2010 aku ikut gembira mendengar kabar bahwa kakak pertamaku dapat Bidikmisi di salah satu perguruan tinggi negeri di Jawa Timur. Akhirnya, diriku pun terdorong untuk mengikuti jejak langkahnya: berjuang mendapat bidikmisi.

Sejak 2010, hampir setiap akhir tahun ajaran, aku berdoa agar senior-seniorku semakin banyak yang dapat bidikmisi. Aku berdoa seraya berharap agar kelak diriku juga bisa dapat bidikmisi. Sebab, guruku pernah bilang bahwa setiap doa yang baik juga akan kembali pada yang berdoa.

Walau pun ada beberapa yang dapat bidikmisi, namun tidak sebanyak yang ku harapkan. Akan tetapi, aku tetap semangat mengikuti jejak langkah mereka. Kelak, aku juga harus menikmati bangku kuliah, bagiamana pun caranya, aku harus dapat beasiswa.

Kemudian, saat kelas XII menghampiriku, diriku terdorong untuk untuk kepo tentang semua hal yang berkaitan dengan jalur masuk perguruan tinggi negeri dan beasiswa. SNMPTN kuikuti, namun gagal. SBMPTN juga tak luput dari bidikanku, namun takdir berkata lain. SPMB Mandiri juga kulamar, tapi dia menolakku. Tahun 2015, aku gagal total!

Namun perjalananku tidak hanya berhenti sampai di situ. Karena tahun depan masih ada kesempatan, ku gunakanlah kesempatan itu untuk mengejar kakak keduaku (saudara kembarku lolos SBMPTN 2015).

Setiap hari tak kurang dari 150 soal ku pelajari. Pagi, sore, malam ku jadwalkan bercumbu dengan soal-soal SBMPTN. Setiap selesai sholat, doaku tak pernah abstain di dalamnya. Bahkan, hatiku juga mendengar doa dari kedua orang tuaku agar perjuanganku mendapatkan bidikmisi bisa diijabah oleh Tuhan.

Banyak kisah kujalani untuk sekedar menakhlukkan SBMPTN. Akhirnya semua itu membuahkan hasil. Salah satu kampus terbaik di Indonesia menerima diriku menjadi bagian darinya, Universitas Negeri Malang.[]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun