Sekarang aku akan menulis beberapa poin tentang kisahku di IPNU. Entah mengapa, jari-jariku malam ini sangat menurut dengan otakku. Dan nampakknya otakku kini sudah mulai bisa berpikir lumayan jernih dari pada beberapa detik yang lalu.Â
Pertama, IPNU adalah organisasi yang notabene beranggotakan para pelajar (siswa umum, santri, mahasiswa) yang mayoritas belum memiliki penghasilan. Setiap kader IPNU akan masih dipertanyakan militansinya sebelum ia merasakan bagaimana sulitnya mengedarkan Proposal kegiatan untuk "meminta" bantuan dana kepada donatur. Hal ini juga berarti bahwa jika ada seseorang yang mangatakan bahwa dirinya adalah alumni kader IPNU, lantas saat ia didatangi kader IPNU untuk dimintai donasi malah ia ceramah panjang lebar dan tidak memberikan uang sedikit pun, maka jelas dia bukan kader IPNU! Saya pastikan itu! Andai ia alumni kader IPNU, dia harusnya tidak banyak ceramah, dan segera memberikan uang kepada si keder IPNU yang sedang mengajukan proposal kepadanya!
Kedua, IPNU adalah wadah pelajar NU untuk belajar berorganisasi. Seluruh kapasitas dan potensi organisatoris dan kepemimpinan-nya akan dia peras semaksimal mungkin untuk berproses di IPNU. Konsekuensinya, secara administratif, semakin lama seorang kader berproses di IPNU, maka akan semakin terasah pula kecerdasan organisasi dan jiwa kepemimpinannya. Hal tersebut akan nampak dari bagaimana seorang kader melihat suatu fenomena dalam permasalahan diorganisasi secara utuh. Organisasi yang bermutu, adalah orhanisasi yang dinamis. Organisasi yang dinamis adalah organisasi yang tak pernah berhenti melahirkan permasalahan-permasalahan dan penyelesaian-penyelesaian. Artinya, kader IPNU harus doyan dengan situasi paling terburuk diorganisasi. Dan jangan sampai lelah untuk berjuang. Apa lagi memutuskan untuk keluar diorganisasi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H