Poin yang ku garis bawahi adalah bahwa aku meminta mereka berdua agar kelak bisa naik ke kepengurusan PAC, walau pun hanya sekedar anggota. Dan mereka mengiyakan. Terkait Lailis, aku berpesan kepada dia agar "kalem-kalem, ojo banter-banter" menjalankan ranting.Â
Sebab, waktu 2 tahun bukanlah baktu yang pendek. Jangan sampai stamina habis sebelum separuh periode kepengurusan. Aku menyarankan agar rutinan ranting dijalankan "maksimal satu kali dalam satu bulan, jangan lebih.!" Satu kali dalam satu bulan itu bisa istiqomah, itu sudah sangat membanggakan bagi PAC.
Terkait konferensi tidak aku bicarakan banyak-banyak dengan mereka berdua. Tetapi, aku sempat menanyakan pendapat mereka tentang "siapa yang menurut mereka pas memimpin IPPNU Anak Cabang Ngronggot". Mereka berdua waktu itu sepakat menjawab: Rekanita Eka! Dan dengan rasionalisasi bahwa Eka lebih grapyak dengan mereka berdua.
Malam itu kuhabiskan waktuku di kantor MWC NU dengan Syafii Sulaiman, Akhiru Syafii, Fiqhy, Andi, Rozik, Saifudin, dan Badrus. Namun tidak sampai subuh, pukul 2 aku pulang ke rumah, sebab jam 7 pagi harus pripare kembali ke Malang.
Dua minggu kemudian aku kembali pulang ke rumah. Lebih tepatnya tanggal 12 Oktober 2018. Dengan naik kereta api mulai pukul 07.00 WIB dari stasiun Malang Kota Baru hingga pukul 11.45 WIB sampai di stasiun Papar. Berhubung hari itu adalah hari Jum'at, maka aku pun tidak lekas langsung pulang, namun mampir di masjid Papar untuk sholat Jum'at terlebih dahulu (waktu itu khotib baru naik ke mimbar).
Setelah sholat Jum'at usai, waktu pun kembali melambat. Aku datang ke warung kopi dan beberapa menit kemudian Badrus datang menjemputku.Â
Badrus kuajak bincang-bincang sekitar satu jam di warung itu. Dari perbincangan itu, dia mengatakan bahwa semua persiapan Konferensi sudah hampir sempurnah. Mulai dari susunan acara, petugas acara, peserta, lokasi konferensi, perlengkapan, dll. Perlengkapan tinggal membawa ke lokasi saja.
Namun ternyata ada satu hal yang luput dari persiapannya, yaitu umbul-umbul. Akhirnya, sore itu juga dia mensounding panitia (khususnya yang laki-laki) untuk nanti malam berkumpul ke lokasi dalam rangka memasang umbul-umbul.
Ada dua hal lagi yang dia akui masih belum beres. Pertama, terkait surat undangan. Ada banyak surat undangan yang masih belum didistribusikan, sebab suratnya baru selesai hari Kamis lalu (11/10). Selain waktunya yang sempit, personil dari Humas juga kurang secara kuantitas dan beberapa ada yang berhalangan. Namun, hal tersebut bisa diatasi, sebab komunikasi sudah semakin canggih, sehingga informasi undangan bisa tersampaikan melalui media elektronik.
Kedua, perihal draft konferensi yang berisi tiga hal: (1) Draft Sidang Pleno Tata Tertib Konferensi yang seharusnya merujuk dari hasil keputusan konferensi 2016; (2) Draft Sidang Komisi; dan (3) Draft Sidang Pleno Laporan Pertanggungjawaban. Adalah sebuah kesalahan besar jika H-1 tapi draft konferensi belum jadi. Sebab, petugas-petugas dalam persidangan juga dapat dipastikan belum ada yang mempelajari hal-hal yang akan disidangkan.Â
Draft ini berada langsung dalam tanggungjawab Sekjend PAC dan bendahara. Setelah saya tanyakan, ternyata Sekretaris IPNU kebagian menggarap draft Sidang Pleno Tata Tertib, Draft LPJ Program kerja dan agenda, dan draf Sidang Komisi; Sekretaris IPPNU kebagian laporan data surat keluar dan surat masuk; dan Bendahara IPPNU kebagian laporan keuangan secara keseluruhan mulai pasca pelantikan hingga program kerja terakhir (Tour Religi to Jogja).