Mohon tunggu...
Syarif Dhanurendra
Syarif Dhanurendra Mohon Tunggu... Jurnalis - www.caksyarif.my.id

Pura-pura jadi Penulis

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Naik Sepeda Motor, Presiden pun Harap Turun

26 Agustus 2018   10:38 Diperbarui: 26 Agustus 2018   11:15 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sopan santun adalah harga diri setiap individu. Apa lagi di Indonesia. Mereka yang tak punya sopan santun akan tertindas oleh sangsi sosial di masyarakat. Tak hanya itu, bisa saja masuk ke meja hijau.

Kemarin malam aku jalan-jalan di Kota Malang. Kota yang dingin di Jawa Timur, dan merupakan salah satu kota ramai pengunjung di Indonesia. Aku tak sengaja memitret sebuah gang yang di sana ada musholanya. Gang itu kecil. Mungkin hanya selebar 1,5 m (sangat banyak gang seperti ini kita jumpai di kota-kota besar di Indonesia dan di manapun saja).

Di Gang tersebut terpampang tulisan "Naik Sepeda Motor Lebih Sopan Lagi Harap Turun". Bukan hal yang unik sih. Tapi dari tulisan itu kita jadi sadar betapa pentingnya nilai sopan santun. Hingga manusia harus dikasi pengingat setiap hari melalui tulisan.

Kesadaran manusia tentang sopan santun tidak semuanya tinggi. Sama halnya dengan kesadaran dalam menulis, kebanyakan manusia Indonesia enggan menulis sebelum ada perintah untuk melakukannya. Andai papan itu tidak ada, pasti setiap hari ada sepeda motor yang dinaiki saat lewat sana. Dan setiap hari akan ada percekcokan antar warga.

Jika kita tarik lebih luas, kasus ini berbanding lurus dengan kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam persoalan Pemilu saja KPU harus sosialisasi sekian puluh kali, dan dengan berbagai media agar masyarakat sadar akan pentingnya Pemilu. Padahal setiap tahun 'ada' yang namanya Pemilu.

Toleransi juga demikian. Presiden hingga harus mendirikan BPIP untuk menangani masalah toleransi (salah satunya). Padahal zaman sudah segini terbukanya. Harusnya sudah selesai masalah toleransi. Tak perlu ada lagi diskriminasi dan saling menyalahkan antar golongan.[]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun