Untuk dia yang sedang baca ini dan lagi duduk di sampingku.Â
Aku teringat Cak Nun. Ah, menyesal sekali besok tanggal 14 Agustus tidak bisa hadir di sunau bareng di Baron - Nganjuj sebab aku juga ada acara di sini: Malang.Â
Cak Nun adalah salah satu guru yang ku kagumi. Ada banyak hal yang dapat ku gali dari beliau selama aku ikut Maiyahan di padhangmbulan. Hasil galianku tak perlu ku tuliskan, karena hanyak akan mengurangi esensi maiyah itu sendiri, sebab tulisan bersifat "sangat terbatas". Maiya ya maiyah. Kalau mau tahu "rasa maiyah" ya harus hadir di maiyah, bukan membaca opini atau pun youtube. Hasilnya jelas beda.
Selain pemikiannya yang unik dan progressif, Cak Nun memiliki ketlatenan yang luar biasa dalam hal menulis. Sejak tahun 70-an hingga saat ini, beliau tidak pernah berhenti untuk menulis. Kita bisa membaca tulisannya setiap hari di caknun.com. Dan puluhan buku-bukunya juga bisa kita dapat waktu maiyahan di pojok ilmu.
Semua tulisannya unik. Memiliki khas ala Cak Nun sendiri. Otentik. Tidak dibatasi oleh "ilmiah" atau "tidak ilmiah", sebab Cak Nun menulisnya dengan sudut pandang seorang sastrawan dan budayawan, bukan akademisi. Dan hal tersebut malah membuat tulisan Cak Nun semakin tajam dan liar namun terarah.
"Menulis". Inilah yang mulai ku istiqomahkan saat ini. Apa pun isi tulisan itu.
Jika tulisanku tak berisi, itu bukan masalah. Sebab aku tidak pernah ikut komunitas Penulis. Jika tulisanku masih banyak salah tanda baca, aku juga gak mau tahu, sebab esensinya bukan di situ, tapi pada konten yang ku sajikan: apa pun itu.
Aku dapat teori menulis untuk penulis pemula dari saudara kembarku, dia bilang, "Menulislah. Apa pun itu. Buat tulisan yang sedang berkecamuk dalam pikiranmu saat itu juga. Andai kamu merasa sudah jenuh, maka diskripsikan kejenuhanmu itu dalam tulisanmu dengan menulis 'sampai di sini aku mulai jenuh dst'. Itu akan berguna kelak pada saatnya tiba".
Dari orang lain mengatakan, tulisan harus dipublikasikan, biar dia hidup. Tulisan akan mati jika di diamkan dalam file laptop saja atau ditulis di buku catatan, tanpa disebarluaskan.
Camp PMII Rayon Al Biruni (FIS UM)
Malang, 12 Agustus 2018