Dapur. Bagi kami, dapur adalah salah satu tempat yang paling nyaman di Pondok Gading ini. Hampir setiap malam, kami habiskan waktu untuk ngopi dan ngomong ngalor ngidul hingga larut malam. Tak jarang kami berdiri dari dapur pada pukul satu dini hari. Setiap ngopi, pasti ada bahan yang dapat kami bahas di sana. Dapur membuat kami nyaman hidup di pondok ini. Dan bagiku sendiri, salah satu motif aku harus ke pondok (tidak tidur di kontrakan temen) adalah dapur yang penuh dengan cerita ini.
Iya, sih. Selain dapur bisa jadi tempat nongkrong, kami juga bisa menghemat pengeluaran. Sebab, jika kami makan di warung, setidaknya kami akan menghabiskan sekitar 15 ribu perhari. Kalau di dapur, 15 ribu sudah bisa untuk beli sayuran untuk makan 5 orang.
Yah... Aku dan 9 orang temanku (Cak Badawi, Hamid, Riza, Su'ud, Iqbal, Saipul, Agus, Tomi, dan Fais), tidak pernah masak makanan yang mewah. Paling-paling, ya, tempe, tahu, gerih, oseng-oseng, terong goreng, dan sop. Atau kalau bukan itu, ya, nasi goreng. Cukup.
Kembali ke dapur. Jika dibanding dapur-dapur orang kaya, dapur kami memang terlihat sangat kotor. Tapi, itulah ciri khas pondok. Tidak ada yang mewah di dapur kami, kecuali atmosfir yang unik sehingga kami betah ada di dapur.
Adakah tikus di dapur kami? Ada... Adakah kecoa? Ada.. Entahlah, sepertinya tikus dan kecoa sudah menjadi barang yang sangat familiar di mata kami, sehingga saat makan ada tikus dan kecoa yang berseliweran pun kami tetap doyan. Jijik bukan? Ya inilah pondok.
Namun, hanya dapur saja yang ada tikus dan kecoa. Di tempat lain, misal: kamar, madrasah, perpustakaan, masjid, kantor pondok, kantor madrasah, dsb. sama sekali tidak ada tikus dan kecoa. Yapss.. Selain itu, di kamar kami pun tidak pernah ada yang namanya nyamuk. Oyi, tidak ada sadikit pun. Itu menunjukkan bahwa pondok kami selalu bersih, tidak ada genangan air, dan tidak ada sampah yang menumpuk hingga lebih dari tiga hari.
Hhmmm... Kembali ke dapur lagi, ya.. Dapur pondok kami (kurang lebih) berukuran 13 x 4 meter. Terdiri dua bagian, bagian pertama seluas 7x4 meter untuk bahan-bahan makanan dan bumbu dapur; dan bagian kedua seluas 5x4 meter untuk tempat memasak dan berisi kompor-kompor serta tempat isah-isah. Aku yakin, jika ada santri dari pondok lain, pasti bakal betah jika melihat dapur kami.[]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H