Sehabis Putra Nababan, tampillah pemateri kedua yang menyampaikan materi “Reporter dan Presenter”. Yohana Margaretha, seorang perempuan cantik dan masih muda menggantikan penyampaian materi yang seharusnya diberikan oleh Prabu Revolusi namun berhalangan hadir.
Mendengar kisah Yohana, saya malah dibuat tercengang. Pengalamannya cukup berbanding terbalik dengan Putra Nababan. Ia bukanlah seseorang yang bercita-cita atau bahkan sekadar berkeinginan bekerja di bidang jurnalistik. Ia dulu tidak suka dengan wartawan. Ia menjalani profesinya saat ini karena dulu dimodali rasa ingin tahu yang besar. Ternyata perempuan ini memiliki kisah yang benar-benar berbeda. Ia yang dulu tidak suka dengan jurnalistik, kini menjadi bagian dari jurnalistik itu sendiri. Ia pun berbagi pesan kepada peserta, “Makanya, kalian juga jangan terlalu benci dengan sesuatu. Karena “benci jadi cinta” itu nanti bisa jadi benaran, lho!”. Semua peserta pun tertawa mendengar petuah klasik itu.
***
Akhirnya, cerita ini harus bergantung karena saya pun hanya mampu mengikuti acara hingga pukul 4sore. Saya harus balik ke kampus untuk kuliah pukul 16.20 wib. Jadi, dalam tulisan ini memang saya tidak menjelaskan bahan materi yang diberikan oleh Putra Nababan maupun Yohana Margaretha tadi. Saya lebih tertarik menuliskan angle lain dari materi pelatihan jurnalistik ini. Selamat Malam :D
[Catatan harian saya, 05 April 2013]