Mohon tunggu...
Zhun Oktav
Zhun Oktav Mohon Tunggu... -

Mengalir seperti air.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rumah

5 Januari 2014   19:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:07 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku melangkah sendirian d atas jalan melintasi padang sementara matahari yg terbenam bagai orang kikir tengah menyembunyikan emasnya yg t'akhir.

Siang semakin tenggelam dalam kegelapan, meninggalkan tanah yang terdiam sendirian.

Seketika suara keras seorang anak menggema di langit. ditelusurinya gulita malam,meninggalkan jejak kidungnya melintasi senja.

Kuhentikan langkah sejenak dalam perjalanan sendiriku di bawah cahaza bintang, dan menyaksikan bumi yang semakin gelap menyebar dan memelukku dengan jutaan rumah bersama ayunan dan tempat tidur, kalbu para ibu dan lampu2 malam, dan jiwa2 muda bercengkrama dalam kegembiraan, sama sekali tidak mengerti betapa mahalnya kegembisaan bagi dunia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun