06:01
Kamu kelihatan serius menyiram tanaman koleksimu di kebun belakang rumah kita. Masih dengan rambut setengah keritingmu yang tidak pernah berubah, kali ini kamu memakai baju dan celana tidur yang sudah kamu pakai sejak kemarin. Aku mendekat, ikut membantu.
"Jangan sampai kebanyakan air ya," kamu mengingatkan.
"Tanaman yang itu enggak perlu disiram hari ini," kamu mengingatkan sekali lagi, menunjuk salah satu tanaman di ujung kebun.
Iya, Nan. Asal tahu saja, aku hafal ratusan tanaman yang kamu tempatkan dan kamu tata rapi dalam polybag warna-warni di kebun kita. Kamu menamainya satu per satu. Dan aku hafal setiap namanya, hafal setiap karakternya, juga hafal kapan hari terakhir kamu menyiramnya. Aku memahami setiap detail sesuatu yang kamu cintai, Nan.
"Kok yang itu enggak disiram?" kamu bertanya. Mungkin karena melihatku sengaja melewatkan satu tanaman dalam polybag warna ungu.
"Baru kamu siram minggu lalu, kan? Katamu cuma boleh disiram dua minggu sekali,"
"Iya? Kapan aku bilang begitu?"
"Dasar pikun!"
Kamu cuma nyengir, mengelus kepalaku.
"Tangan kamu kotor, Nan! Jangan pegang-pegang ah,"