Mohon tunggu...
david efendi
david efendi Mohon Tunggu... -

Bukan Pesulap dan bukan tukang sihir, tapi tukang kritik yang nyambi jadi tulkang stempel istana maksudnya menyentempel muka temboknya penguasa yang menindas rakyat!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ada Benarnya Qiamat 2012

3 Februari 2011   09:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:56 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

David Efendi Dunia terus bersiklus menghadapi takdir dan beserta halang rintang yang dilakukan dan diperbuat manusia. Di satu sisi, orang dulu mengklaim bahawa peradaban muncul dari hilir sungai-sungai besar seperti sungai Nil, Gangga, Eufrat, dan sebagainya. Dari aliran itu falsafat hidup kokoh berdiri dan dipertahankan. Di sisi lain, bangsa-bangsa barat dengan percaya diri bahwa mereka jauh lebih beradab, dengan semangat kapitalisme, baik yang di jiwai atau tidak oleh etika protestan itu mengenalkan kepada dunia system pasar, eskploitasi, kolonilisme, dan imperalisme sampai globalisasi. Karena mereka menemukan tekhnologi lebih dulu, karena itu merasa mempunyai kekuasaan maha besar dibandingkan negara pedalam nan tertinggal jauh (backwardness countries). Hari berbagai pergolakan dunia terjadi, bara api revolusi kembali mengangga setelah sekian ratus tahun diam di eropa, amerika, dan asia. Semua sedang menunggu kejutan besar. Bumi makin panas, merentah, dan sirna...lenyap, hilang tanpa jasadnya. Dalam waktu bersamaan, kita lihat beberapa negara "super power " sedang menuju kebangkrutan hebat. Amerika terjebak hutang nasional luar biasa jumlahnya sampai $14 trilyun (national debt clock-http://zfacts.com/p/461.html). Konon China adalah pemberi pinjaman uang terbesar ke Amerika). Sumber lainnya menyebutkan bahwa Hutang pemerintah Amerika sebesar $11,033,157,578,669.78. Jika semua penduduk Amerika disuruh arisan maka setiap kepala terbebani $36,000, termasuk laki-perempuan, dan anak-anak (http://www.cbsnews.com/8301-503544_162-4872310-503544.html). Hutang Amerika bertambah sebasat $1.72 million setiap menitnya selama waktu yang tidak ditentukan. Anehnya Amerika tetap bisa memberikan pinjaman kepada bangsa miskin lainnya agar bisa survive; anehnya tetap menjadi super power, anehnya, banyak negara yang menghamba kepada Amerika. Tidak bermasksud merendahkan Pak Beye, tetapi faktanya kebijakan pemeirntah Indonesia selalu didekte dan digurui oleh Amerika. Siapa yang meragukan ini? Begitu juga Jepang yang dianggap bangsa besar juga bangsa penghutang luar biasa dan mengalami persoalan serius mengurus rumah tangga sendiri: aging, birokrasi yang tanpa reputasi, kemunduran perdagangan, dan sebagainya. Tahun 2005, menteri keuangan Jepang mengumumkan bahwa hutang pemerintahnya mencapai 795,8 trillion yen ($7,1 triilion) dan terus mengalami kenaikan; atau jika jumlah tersebut ditanggung setiap penduduknya maka setiap kepala mendapatkan beban sebesar 6.24 million yen atau sebesar $55,900. Hutang ini membebani 160% dari total GDP negara. Sebagai negara industry dan sempat mendapatkan 'miracle' pada tahun 1960-an pasca perang dunia 2 (Chalmars Johnson, 1982), tentu ini menghentakkan semua orang. GDP-Gross domestic product, adalah sebagai indicator penting kesehatan suatu bangsa/negara. Jika hutang yang dimiliki lebih dari 100% dari GDP maka negara tersebut sedang dalam bencana menyambut kematiannya. Kira-kira begitu ekstreemnya. Mari kita lihat data hutang negara dan porsentasi dari GDP: Zimbabwe 304.30 %;  Jepang 192.10 %; Lebanon 160.10; Jamaica 131.70; Singapore 117.60;  Italia 115.20%; Yunani 108.10; Sudan 104.50%; Islandia 100.60%; Amerika 39.70%; Mesir 79.80%; dan Indonesia  29.80 % (http://www.economicshelp.org/blog/economics/list-of-national-debt-by-country/). Nampak, Indonesia masih mending, tetapi potensi untuk terjebak lebih parah sangat besar karena tingkat keparahan hutang Indonesia juga dipengaruhi oleh negara bosnya seperti Amerika, Jepang, dan sebagainya. Singapura yang kelihatannya mentereng juga besar hutangnya! Secara umum, negara di Asia tenggara hampir semua mengalami persoalan kemiskinan, rawan pangan, dan jebakan hutang. Walau Jepang mengalami kemiskinan relatife serius, toh jepang bisa meminjamkan uangnya ke Indonesia dan negara lebih miskin (based on GDP), sekali lagi, untuk menjamin kelangsungan hidupnya. Jadi kesimpulannya negara 'besar' sangat tergantung negara miskin. Dan apabila negara miskin ini mengalami revolusi rejim, secara massa, menjadikan pemerintah berganti haluan, melakukan nasionalisasi, membangun dictator independen, maka kolaps juga negara seperti Amerika dan sekutunya. Bagi saya, ini adalah hokum alam. Sesuatu yang kelihatan lemah tidak bisa diremehkan. Sebagai bukti, kita melihat Tunisia yang berhasil mengusir diktatornya, Mesir sedang dalam proses meruntuhkan Firun Hosni Mubarak, dan beberapa negara lainnya sedang menunggu hari dimana revolusi ditunjukkan kepada dunia. Teori institutionalism desain yang saya pelajari tidak bisa menjawab, teori planned rasional atau market oriented dan sebagainya saya kira mungkin karena saya kurang paham atau memang tidak cukup bertenaga menjelaskan keragaman dan kemassifan persoalan yang muncul seluruh negara negara di bumi. Teori kehebatan kapitalisme dengan laissez faire juga amburadul di Amerika ketika bertubi-tubi dihantam badai krisis, dan sementara komunisme juga tercerai berai dan justru melahirkan perbudakan luar biasa di Jernam, Rusia, dan sebagainya (paradok modernitas; sosialisme; komunisme). Negara semakin bercampur tangan atau semakin lepas dari system kehidupan social ekonomi politik keduanya membawa bencana. Bukti kemunculan kapitalisme semu di Asia Tenggara, kegagalan kapitalisme di berbagai negara developed, juga tergunncang nya ekonomi Jepang, Taiwan, dan Korea yang bagi saya menjadi kritik bagi Kunio Yoshihara (1992) yang hanya menempatkan asia tenggara sebagai lading capitalist rented dan tergantung kepada negara. Apakah ini arus balik zaman? Atau kah ini sedang terjadi revolusi peradaban bumi akibat penuaan yang menjadikan iklim panas dan pikiran terbakar? Atau keadilan sedang menunjukkan jati dirinya sebagai hukum alam setelah hokum manusia yang timpang, terseok, dan roboh di tangan para penguasa? Tidak ada teori yang mutlak bisa menjelaskan fenemena ini. Apakah ini menjadai justifikasi bahwa 2012 adalah akhir kehidupan di planet bumi? Saya hanya bisa mengatakan bahwa mungkin dengan pertanda berbagai kekacauan di bumi manusia ini mengamini ramalan qiamat tahun depan, 2012. Wallahu 'alam Feb 3, 2011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun