Mohon tunggu...
Alan Griha Yunanto
Alan Griha Yunanto Mohon Tunggu... -

Saat ini aku sedang menimba ilmu di Politik dan Pemerintahan UGM. Tetapi tetap Al Qur'an adalah pedoman yang paling utama dibarengi dengan Hadist Rasul. Semoga Allah selalu memberikan rahmat dan surganya kepadaku.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mancur Olson: Pertumbuhan Cepat sebagai Kekuatan Destabilisasi

25 Juni 2012   02:48 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:34 1121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penulis secara eksplisit menegaskan bahwa pembangunan ekonomi adalah salah satu kunci untuk stabilitas dan perdamaian dunia. Kondisi-kondisi kemiskinan dan ketidakstabilan memungkinkan komunisme berkembang dan bahwa kemajuan ekonomi berfungsi sebagai sebuah benteng untuk melawan komunisme internasional. Penyebab ekstremisme revolusi yang paling berdarah terutama terletak pada kemiskinan.

Pandangan ini telah mempunyai pengaruh pada kebijaksanaan bantuan luar negeri Amerika dan bantuan ekonomi luar negeri lebih sering dianggap sebagai sebuah investasi untuk perdamaian dan evolusi politik yang tertib menuju sebuah dunia yang demokratis. Dalam buku The Emerging Nations, yang menegaskan bahwa Amerika Serikat seharusnya menawarkan kebanyakan bantuan ekonominya kepada negara-negara yang berada pada tahap lepas landas pembangunan ekonominya. Negara-negara yang belum siap pada tahap ini seharusnya hanya menerima sejumlah bantuan yang terbatas, terutama dalam bentuk bantuan teknik.

Penentuan alokasi bantuan pilih-pilih dibenarkan atas dasar bahwa sejumlah bantuan tertentu akan membawa pertumbuhan yang lebih besar apabila dikonsentrasikan pada bangsa-bangsa yangberada dalam tahapan pembangungan yang cepat. Resep kebijakan itu dibenarkan atas dasar kemanusiaan yang langsung, tetapi lebih pada kepentingan politik jangaka panjang Amerika Serikat, terutama untuk kepentingan perang dingin dengan Uni Soviet.

Kebijakan ini sudah menerima kontroversi penolakan terutama dari para sarjana. Mereka menganggap kebijakan ini sangat matrealis mengenai penyebab-penyebab stabilitas politik. Pertumbuhan ekonomi yang cepat dari negara-negara terbelakang adalah kunci kebijakan luar negeri yang efektif untuk Amerika Serikat dalam perang dinginya dengan Uni Soviet.

Penolakan mereka mengenai adanya hubungan positif apa pun antara pertumbuhan ekonomi dan stabilitas politik seringkali hanya sebagai obiter dicta, pernyataan sambil lalu. Paling sedikit mereka gagal meyakinkan banyak orang. Dengan demikian tidak cukup hanya dengan menolak bahwa pertumbuhan ekonomi pasti membawa stabilitas politik. Seharusnya yang dikatakan adalah pertumbuhan ekonomi yang cepat adalah sebuah kekuatan utama yang membawa kepada revolusi dan ketidakstabilan.

Analisis tentang hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan perubahan-perubahan politik revolusioner harus mempertimbangkan masalahnya dalam kerangka individu-individu yang membangkitkan revolusi-revolusi. Beberapa peneliti sosiolog revolusi sering mengatakan bahwa orang-orang yang tergabung dalam massa gerakan kiri radikal dan kanan radikal cendenrung untuk dicirikan oleh ketiadaan relatif ikatan-ikatan yang mengikat mereka pada tatanan yang sudah mapan. Mereka cenderung kurang erat dengan sub kelompok yang membenrtuk masyarakat.

Kelas sosial yang dianggap oleh Marx sebagai mesin perubahan revolusioner, oleh beberapa sosiolog sebaliknya dianggap sebagai sebuah institusi yang membuat stabilisasi. Mereka yang declasse, yang keterkaitan kelasnya paling lemah, kebanyakan condong untuk mendukung perubahan-perubahan revolusioner, sementara itu mereka yang tidak kokoh tergabung dalam satu kelas sangat kecil kemungkinannya untuk melakukan hal tersebut. Bahkan mereka yang secara kokoh, berada dalam kelas rendah dan paling tidak diuntungkan biasanya tidak berada dalam barisan depan revolusioner, karena mereka sudah merasa mapan dalam tempatnya yang sederhana dalam hierarki sosial.

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi yang Pesat

Pertumbuhan ekonomi tidak dipengaruhi oleh cara dengan akumulasi capital (dengan cara meneruskan metode-metode produksi lama dengan capital yang lebih banyak), melainkan dengan inovasi dan perubahan teknik. Hal ini mengakibatkan perubahan besar-besaran dibidang industri-industri penting dan kebutuhan akan tipe-tipe tenaga kerja. Dapat disimpulkan pertumbuhan ekonomi merupakan perubahan besar-besaran dalam distribusi pendapatan. Pertumbuhan ekonomi yang cepat akan menimbulkan melemahnya ikatan-ikatan kelas dan kasta, karena status ekonomi yang didapat menjadikan mereka terhalang untuk tergabung secara total ke dalam satu kelas atau kasta sosial. Namun mereka akan tergabung ke dalam kelas atau kasta ekonomi yang berdasarkan pendapatan. Hal ini akan berakibat kepada pudarnya dan dapat menghancurkan kekuatan kekeluargaan, bahkan dapat menghancurkan ikatan kesukuan dan kelompok-kelompok tradisional.

Pertumbuhan ekonomi yang cepat berarti perubahan ekonomi yang dapat menghasilkan dan meningkatkan jumlah orang kaya baru. Meningkatnya jumlah orang kaya baru yang menggunakan kekuatan ekonominya dianggap dapat mengubah tatanan sosial dan politik sesuai dengan kepentingannya. Orang yang memperoleh keuntungan dari pertumbuhan ekonomi akan mendapat suatu “kontradiksi” antara distribusi kekuatan ekonomi dengan distribusi lama prestise sosial dan politik. Individu yang medapatkan distribusi kekuatan pertumbuhan ekonomi akan sulit cocok dengan posisi yang hirarki pada tatanan sosial yang lama yang mengakibatkan mereka akan terasing dalam masyarakat, namun mereka akan cendrung membuat tatanan sosial baru yang sejalan dengan pola mereka serta akan merasa cocok dengan tatanan sosial mereka yang baru tersebut.

Jumlah orang yang miskin akan bertambah seiring dengan pertumbuhan ekonomi secara cepat. Banyak orang beranggapan bahwa pertumbuhan ekonomi yang pesat selalu dibarengi kenaikan dalam ketimpangan pembagian pendapatan atau ketimpangan relatif (Kian Wie, 1981). Dengan kata lain bahwa ada suatu mekanisme yang bermain dalam pertumbuhan yang pesat dan pemerataan pendapatan yaitu trade–off. Implikasi yang disebabkan oleh keadaan tersebut yakni ketika pertumbuhan pesat akan selalu diikuti oleh kemerosotan pemerataan pendapatan atau kenaikan ketimpangan relatif. Namun pemerataan pendapatan dapat dicapai jika pertumbuhan ekonomi diperlambat.

Proses pembangunan ekonomi pada tahap awal pada umumnya disertai oleh kemerosotan yang cukup besar dalam pembagian pendapatan, yang baru berbalik menuju suatu pemerataan yang lebih besar dalam pembagian pendapatan pada tahap pembangunan lebih lanjut (Kuznets dalam Kian Wie 1955, 1963).

Dapat dibuktikan dengan analisa terhadap upah-upah yang diterima pekerja naik dengan lambat dibandingkan dengan harga-harga yang dipatok oleh pemilik usaha. Kedua aspek ini dinilai oleh Mancur Olson sebagai salah satu aspek yang menyebabkan ketimpangan dalam pemerataan pendapatan secara umum. Pihak perusahaan terus menerus menaikkan harga barang-barang setiap waktu seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat, karena pertumbuhan ekonomi pesat ditandai dengan industrialisasi. Tuntutan untuk industrialisasi yang pesat membuat perusahaan menerapkan prinsip efisiensi dalam produksi dan implikasinya akan berdampak pada harga yang ditawarkan. Namun sangat miris dengan kondisi pekerja yang terkena efisiensi industrialisasi yang stagnan dalam penerimaan upah.

Ketimpangan ekonomi semakin terlihat dengan adanya pemakaian teknologi dalam pertumbuhan ekonomi untuk memacu efisiensi dan efektivitas dalam produksi. Penggantian tenaga manusia dengan mesin-mesin produksi oleh perusahaan dampaknya bukan saja pada nasib para pekerjanya juga dalam muncul masalah baru destabilisasi ekonomi oleh kaum marginal. Bayang-bayang pemutusan hubungan kerja akan menghampiri setiap pekerja yang terkena dampak penggantian mesin-mesin industrialisasi modern. Dampak lain yang akan muncul seiring dengan destabilisasi ekonomi yakni timbul gerakan anti mesin semacam Luddite, gerakan perusakan mesin-mesin produksi di Inggris tengah dan utara. Untuk itu dalam penetuan teknologi yang akan digunakan sangat diperlukan suatu pendekatan selektif yang menghindarkan penggunaan teknologi secara luas tanpa pertimbangan keuntungan atau social profitability (Kian Wie, 1981).

Terdapat asumsi yang keliru antara tingkat ekonomi dan kesejahteraan bahwa “ketika ekonomi tumbuh, standar kehidupan membaik”. Pada dasarnya kegiatan konsumsi kita akan turun pada saat kecepatan pertumbuhan ekonomi kita meningkat. Hal ini diakibatkan pola kehidupan masyarakat dalam sebuah negara yang bergeser dari pola konsumsi menjadi produksi. Logika ini dapat dirumuskan oleh Domar dengan tipe elementer yakni

dY=dS

dR

keterangan:

dY = peningkatan pendapatan

dS = peningkatan kecenderungan menabung

dR = ratio peningkatan pengeluaran

Dalam bagan ini dapat kita ketahui bahwa kecenderungan menabung berbanding lurus dengan peningkatan pendapatan. Sedangkan kecenderungan untuk mengkonsumsi suat barang akan berbanding terbalik dengan peningkatan pendapatan. Jika masyarakat memperoleh kenaikan pendapatan maka mereka cenderung menabungkan uangnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa ekonomi tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat standar kehidupan masyarakat di suatu negara. Ketika pertumbuhan dibiayai dari tingkat domestik maka terdapat penurunan standar kehidupan.

Dalam tulisannya yang berjudul Pertumbuhan Cepat sebagai Kekuatan Destabilisasi, Mancur Olson menyatakan bahwa dalam negara yang cenderung memiliki tingkat kecepatan ekonomi yang tumbuh, masyarakat dalam negara tersebut cenderung mengurangi tabungan untuk standar kehidupan yang lebih baik. Lebih jauh lagi dapat kita ketahui saat negara cenderung memiliki pertumbuhan ekonomi maka tingkat pendapatan masyarakat menjadi meningkat dengan diiringi oleh meningkatnya harga barang. Sedangkan disisi lain manusia memerlukan tabungan sebagai motif berjaga-jaga untuk masa depan. Dalam hal ini terjadi pengurangan tingkat konsumsi yang berimplikasi pada berkurangnya standar kehidupan masyarakat di negara atau daerah tersebut.

Argumen bahwa “kelaparan membuat ketidakpuasan dan adanya pertumbuhan ekonomi mengurangi tingkat pemberontakan” menurut Mancur Olson tidak relevan. Dalam logika rumus Domar diatas, Mancur Olson berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi tidak ada hubungan dengan pengurangan kelaparan dan kemiskinan. Sebaliknya, akan terjadi penurunan standar kehidupan karena pertumbuhan ekonomi.

Mungkin ini merupakan sebuah kebetulan yang luar biasa, pada masanya Marx menulis ide tentang gagasan pertumbuhan ekonomi. Dia berpendapat bahwa peningkatan komposisi investasi modal oleh negara-negara kapital akan membawa kesengsaraan bagi para pekerja. Jadi pada intinya, kecepatan peningkatan tabungan dalam pertumbuhan ekonomi akan mengurangi tingkat konsumsi.

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Pesat Terhadap Pembaharuan Politik

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa pertumbuhan ekonomi tidak hanya berhubungan dengan akumulasi kapital, tetapi juga dengan pendidikan yang lebih maju, keterampilan, danteknologi. Dengan adannya pertumbuhan ekonomi, bagi negara yang masih berkembang atau belum maju ada sebuah pengharapan akan adanya peningkatan pengetahuan mengenai kemungkinan untuk sebuah kehidupan yang lebih baik, masuknya ideologi baru, dan juga sistem pemerintahan baru yang lebih baik. Berdasarkan penjelasan tersebut, menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi dapat disamakan dengan pembaruan politik karena dapat mendorong masyarakat untuk menuju perbaikan.

Putusan Mahkamah Agung Amerika mengenai tidak sahnya pemisahan sekolah berimplikasi pada kesempatan orang negro untuk mendapatkan kualitas pendidikan yang sama dengan bangsa kulit putih. Hal tersebut secara tidak langsung juga mengakibatkan perbaikan posisi ekonomi orang negro sendiri. Selain itu, pada saat yang bersamaan terjadi peningkatan kesadaran akan ketidakadilan rasial yang mulai dirasakan sebelum-sebelumnya. Sehingga dengan tingkat pendidikan dan posisi ekonomi yang relative sama dengan bangsa kulit putih akan banyak terjadi tuntutan persamaan status sosial. Hal ini menunjukkan adanya sebuah revolusi yang terjadi dari sebuah harapan manuju perbaikan.

Dalam situasi yang lain, pertumbuhan ekonomi tidak dapat disamakan dengan pembaruan politik karena dalam sebuar negara totalitarian modern yang media komunikasinya dikendalikan sehingga menghasilkan informasi betapa baiknya situasi yang ada. Dengan demikian, ide-ide baru apa pun yang akan membahayakan sistem yang ada akan dapat dimentahkan begitu saja. Seperti yang terjadi pada rezim Stalin dan Hitler yang menjaga stabilitas mereka dengan cara melakukan likuidasi pada orang-orang yang kurang menunjukkan antusiasme pada rezim mereka. Sehingga pada saat Uni Soviet mengalami pertumbuhan ekonomi yang cepat, bangsa ini tetap relative stabil. Hal yang sama juga dialami Jepang sebelum Perang Dunia II walaupun pengendalian yang dilakukan tidak menyeluruh tetapi cukup efektif.

Namun, di sisi lain dari rezim totalitarian juga menghadirkan ketidakstabilan politik yang selain karena disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi yang cepat dan penindasan juga oleh gaya kepemimpinan karismatik, pertentangan agama, perubahan ideologi, serta hal-hal lain yang dapat mempengaruhi seperti depresi ekonomi atau penurunan ekonomi yang sangat cepat. Suatu penurunan ekonomi cepat sama halnya dengan pertumbuhan ekonomi cepat yang membawa pergeseran-pergeseran pada posisi yang relative penting kemudian menimbulkan kontradiksi antara struktur kekuatan ekonomi dan distribusi kekuatan sosial dan politik. German dan China adalah dua negara yang mengalami hal tersebut saat terjadi inflasi yang dasyat.

Hal yang sama juga dialami oleh stabilitas ekonomi yang telah dianggap sebagai suasana yang mendatangkan ketenangan sosial dan politik. Tetapi pada kenyataannya, kondisi ekonomi yang stagnan juga mengalami ketidakstabilan politik. Hal ini berimplikasi pada hipotesis mengenai pertumbuhan ekonomi cepat akan menghasilkan ketidakstabilan politik sulit dibuktikan karena pada keadaan ekonomi yang stagnan atau bahkan keadaan ekonomi yang mengalami penurunan cepat juga dapat mengalami ketidakstabilan politik.

Kesimpulan

Perlu adanya langkah-langkah kesejahteraan diperlukan walaupun akan memperlambat pertumbuhan ekonomi namun akan berdampak besar bagi ketentraman sosial. Karl Polanyi mengatakan bahwa laissez faire kapitalisme membawa negara kearah pertumbuhan ekonomi yang cepat dan memerlukan beban penyesuaian yang berat dari masyarakat. Benar apa yang dikatakan oleh Karl Polanyi namun penulis mengkritik bahwa tidak hanya kapitalisme saja yang menyebabkan beban penyesuaian berat masyarakat namun jugasemua pengorganisasian yang mengatur alat-alat produksi membutuhkan penyesuaian yang menyakitkan. Contoh kasus yang pernah terjadi, yang dialami oleh negara Uni Soviet saat diterapkannya rencana lima tahun oleh Stalin.

Pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pendapatan yang dikemukakan oleh Mancur Olson bisa dinilai positif apabila pertumbuhan pesat maka akan terjadi destabilisasi ekonomi atau penurunan pemerataan pendapatan. Namun hal yang berbeda dipaparkan oleh Ahluwalia (1976) yang menyatakan bahwa penelitiannya tidak menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi selalu menyebabkan kemerosotan dalam pembagian pendapatan. Dapat dikontraskan dalam penelitian dua negara yakni Brasil yang mengalami pertumbuhan pesat namun mengalami kemerosotan pemerataan pendapatan pada tahun 1960-an dan Taiwan mengalami pertumbuhan ekonomi pesat juga namun disana justru ditemukan bahwa perbaikan pembagian pendapatan meningkat. Hal yang sama dikemukakan oleh Prof. Papanek dari Universitas Boston.

Dengan demikian berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan selama periode 1960-an oleh ahli ekonomi, tidak dapat ditarik kesimpulan bahwa pertumbuhan ekonomi yang pesat selalu disertai oleh kemerosotan dalam pembagian pendapatan. Hal ini tergantung oleh kondisi khusus yang terdapat di masing-masing negara berkembang serta kebijaksanaan ekonomi khusus yang ditempuh oleh berbagai negara tersebut (Kian Wie, 1981: 5). Jadi ada faktor-faktor lain yang menyebabkan beberapa negara berkembang lepas dari kemerosotan pemerataan pendapatan namun tetap mengalami pertumbuhan pesat.

Referensi :

Olson, Mancur. 2007. Pertumbuhan Cepat Sebagai Kekuatan Destabilisasi (dalam buku David Held dan Anthony McGrew). Cambridge: Polity Press.

Ahluwalia, Montek S. 1976, Income Distribution and Development: Some Stylized Facts, The American Economic Review, Vol. 66, No. 2, Papers and Proceedings of the Eighty-eighth Annual Meeting of the American Economic Association (May, 1976), pp. 128-135.

Wie, Thee Kian, Dr. 1981. Pemerataan Kemiskinan Ketimpangan: Beberapa Pemikiran Tentang Pertumbuhan Ekonomi. Jakarta: Sinar Harapan.

Wie, Thee Kian, Dr. 1981. Pembangunan Ekonomi dan Pemerataan: Beberapa Pendekatan Alternatif. Jakarta: LP3ES.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun