Mohon tunggu...
Wulan Pratiwi
Wulan Pratiwi Mohon Tunggu... -

Menulis menyenangkan :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Seperti anak kecillah aku yang selalu kau ungkapkan..

10 November 2013   19:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:20 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kadang, lamanya suatu hubungan belum tentu menjamin bertahan atau enggaknya hubungan itu. Bisa jadi makin lamanya suatu hubungan bikin semakin hancurnya hubungan tersebut. Dan aku? Yaa.. aku mengenalmu dalam kurun waktu empat tahun terakhir ini, namun semakin lamanya aku mengenalmu, semakin pula aku tau kalau kamu tidak dan bukan yang terbaik untukku.

Beribu kesalahan yang sama selalu kau perbuat. Mudah, seakan aku bisa dengan cepat memaafkanmu lalu kembali. Maaf sayang, tidak dengan sekarang. Terlalu sakit rasa yang kau beri. Terlalu dalam luka yang kau goreskan pada hati ini. Dimataku, sosokmu yang indah tiada celah. Mengagumimu, memujimu, mencintamu seakan kau sempurna. Begitu besar rasa yang terlanjur ku beri untukmu, sampai seperti aku buta oleh indahmu.

Kau tidak akan pernah tau berapa banyak rasa yang kukorbankan untukmu. Menahan sakit, cemooh, caci maki yang tanpa kau rasakan. Dan yang kau anggap? Aku hanya seorang perempuan manja tanpa dewasa, egois tanpa mau kalah serta keras kepala tanpa mau mengalah. Apa pernah kamu berfikir bagaimana bisa aku bertahan sejauh ini dengan sakit yang dalam? Apa pernah kau membanggakanku seperti aku membanggakanmu? Seperti anak kecillah aku yang selalu kau ungkapkan. Setelah itu, kau tau bagaimana rasanya jadi aku?

Harus kau tau bahwa aku mencintaimu tiada batas. Mengorbankan seluruh perasaanku hanya untuk bisa bersamamu. Kekuranganmu tak berarti. Indah.. begitulah dirimu. Lalu apa balasanmu? Menyakiti, membohongi, berbicara seakan aku salah dan memang pantas untuk disakiti. Jika dari awal aku ingin memilih, mungkin bukan kamu yang aku pilih. Tapi kekuranganmu membuatku yakin akan mampu menyempurnakan kekuranganku.

Maaf sayangku, pelangi indah itu tidak lagi untukmu. Warna yang indah tidak akan pernah ada lagi untukmu. Tuhan mengirimmu mungkin hanya sementara, untuk membahagiakanku diwaktu ku butuh. Dan sekarang saatnya.. saat aku harus bisa tetap indah walau bukan denganmu. Saat aku harus tetap bisa mencintai laki-laki dan itu bukan kamu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun