Di depan charity Shop British Heart Foundation, Lewes; foto dokumentasi pribadi
Mengenyam pendidikan di luar negeri adalah kesempatan dan pengalaman yang tidak akan pernah terlupakan. Melalui International Fellowships Program, saya memperoleh kesempatan untuk belajar di Inggris. Rasa syukur dan gembira terus terucap ketika menerima pengumuman penerimaan beasiswa itu karena kesempatan kuliah di luar negeri semakin terbuka lebar meskipun masih ada tahapan-tahapan yang harus ditempuh sebelum menginjakkan kaki di Inggris.
Setelah melalui perjuangan yang melelahkan di Lembaga Bahasa Internasional (LBI) Universitas Indonesia dan dilanjutkan dengan program pengayaan Bahasa Inggris di University of Sussex, akhirnya secara resmi, saya dapat mengikuti perkuliahan di bidang Media & Journalism di University of Sussex. Dengan masa studi selama 1 tahun, perkuliahan di program tersebut terbilang padat. Meskipun demikian, saya memiliki keinginan agar aktivitas sehari-hari saya tidak melulu berhadapan dengan buku, jurnal, diskusi atau komputer saja, saya juga rindu memiliki aktivitas dan kerja di luar jam akademik.
Dari beberapa opsi  aktivitas yang dilakukan, saya memilih kerja sosial di sebuah charity shop yang dikelola oleh British Heart Foundation. Alasannya sederhana. Saya ingin terlibat dalam kerja sosial sekaligus ingin memiliki pengalaman untuk mengelola sebuah lembaga sosial yang bermanfaat untuk masyarakat sekitar. Di samping itu, saya juga berkesempatan untuk bersosialisasi dengan masyarakat lokal yang bekerja dan berbelanja di charity shop tersebut.
Pada mulanya saya ragu apakah bisa diterima bekerja sebagai volunteer di charity shop yang terletak di High Street, Lewes itu. Dengan berbekal keberanian dan beberapa dokumen pendukung yang menerangkan bahwa saya adalah mahasiswa di University of Sussex, saya bertanya kepada salah seorang staff di sana. Sangat mengejutkan karena saya diterima dengan senang hati sebab charity shop itu memang membutuhkan beberapa tenaga tambahan. Saya diizinkan untuk memulai aktivitas di toko mulai bulan Januari 2012.
Saya bekerja di charity shop tersebut 2 hari dalam seminggu, yaitu hari Selasa dan Kamis. Kebetulan pada hari itu, saya tidak memiliki jadwal kuliah di kampus. Selama kurang lebih 3 jam, saya membantu operasional charity shop milik British Heart Foundation itu. Aktivitas yang saya lakukan misalnya memilih dan memilah barang-barang yang didonasikan oleh para donator, men-steam baju dan pakaian yang akan dijual hingga menata barang-barang yang dijual di toko. Para pegawai tetap dan volunteer saling bekerja sama untuk mengelola toko dan melayani pembeli.
Walaupun tidak menerima gaji maupun kompensasi uang transportasi, setiap kali berangkat ke charity shop untuk bekerja, saya merasa sangat senang. Saya melakukan aktivitas tersebut secara ikhlas dan senang hati sehingga setiap pekerjaan yang saya lakukan bisa mendatangkan manfaat. Selain itu, mengingat saya masih perlu terus meningkatkan penguasaan bahasa Inggris, saya jadi memiliki wadah yang tepat bersosialisasi langsung dengan orang-orang lokal di Inggris. Ada ekspresi dan kata-kata baru yang sesekali diajarkan oleh para karyawan di charity shop itu yang tentu menambah kosakata sekaligus pengalaman baru.
Saya juga mendapat teman seprang anak muda British yang bersedia menjadi guru Bahasa Inggris saya. Dia dengan senang hati mengoreksi setiap kesalahan yang saya lakukan, memberikan kata dan ekspresi baru dalam bahasa Inggris hingga mengoreksi tugas kuliah yang telah saya susun. Namanya Huw. Dia saat ini sedang menunggu bulan September untuk melanjutkan kuliah masternya. Karena saat ini dia mendapatkan gaji dari pemerintah Inggris, maka dia diwajibkan untuk bekerja sebagai volunteer. Setiap kali meminta Huw mengoreksi tugas kuliah, kami pergi ke sebuah kafe untuk berdiskusi tugas itu sambil saya traktir kopi. Mungkin Yang Maha Kuasa mengirimkan Huw sebagai penolong saya sehingga kami berdua dipertemukan di British Hearth Foundation.
[caption id="attachment_165425" align="alignnone" width="640" caption="Bersama Huw makan bakmi dan perkedel; foto dokumentasi pribadi"]
Selain itu, sebagai seorang anak Indonesia, saya merasa menjadi duta bangsa di Inggris. Saya perlu memperkenalkan Indonesia ke masyarakat Inggris. Melalui kerja sosial di British Heart Foundation, saya mencoba memperkenalkan beberapa hal mengenai Indonesia. Misalnya, pada hari Selasa 5 Maret yang lalu, saya memasak bakmi dan perkedel yang saya bawa untuk para karyawan di British Heart Foundation. Setiba di sana, saya menghidangkan bakmi dan perkedel itu. Reaksi mereka sangat positif dan mengatakan bahwa makanan yang saya masak sangat enak bahkan beberapa dari mereka minta tambah.
Saya sangat senang sekali. Kesempatan berkuliah yang saya dapatkan melalui beasiswa International Fellowships Program ini tidak ingin saya sia-siakan. Selain ilmu akademik yang bermanfaat untuk karir, saya juga mendapatkan pengalaman yang sangat luar biasa melalui aktivitas kerja sosial di British Heart Foundation. Saya percaya bahwa semua yang telah saya pelajari dan segala pengalaman yang saya dapatkan di Negara Ratu Elizabeth ini dapat bermanfaat untuk masyarakat sekitar saya ketika nanti kembali ke Indonesia.