Mohon tunggu...
Ewin
Ewin Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan Swasta

Karyawan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi Bukan Capres Pilihan, Tapi Wajib untuk Dipilih

20 Juni 2014   04:55 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:03 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pemilihan presiden tinggal menghitung hari lagi, gegap gempita kampanye pilpres tidak lama lagi akan berhenti. Nuansa saling dukung mendukung kubu capres tak terelakan lagi dalam masyarakat, bahkan dalam satu keluarga tak bisa dihindari perbedaan pandangan tentang capres unggulan. Dalam alam demokrasi, terjadi perbedaan adalah hal yang wajar, itulah indahnya demokrasi.
Hal terpenting dalam menyikapi perbedaan adalah saling menghargai perbedaan yang ada bagi masing-masing pihak. Perbedaan tidak boleh sampai merusak hubungan persahabatan, dan apalagi merusak hubungan keluarga hanya karena perbedaan pilihan Capres.
Pasangan Prabowo Subianto - Hatta Rajasa dan pasangan Joko Widodo - Jusuf Kalla merupakan putra-putra terbaik bangsa ini. Hal ini terbukti bahwa mereka didukung oleh masing-masing pihak, baik oleh parpol, ormas, dan masyarakat secara umum. Hanya yang membedakannya adalah kubu mana yang paling banyak didukung oleh pemilih pada 9 Juli nanti, itulah yang akan menjadi pemenangnya.
Kita, saya dan anda tentunya punya kriteria masing-masing dalam menentukan suatu pilihan, ada yang berdasarkan track record masa lalunya, penampilannya, program kerjanya, atau yang lebih ngetrend lagi adalah visi misi capres. Bagi orang terpelajar atau merasa terpelajar akan selalu berbicara tentang apa yang menjadi visi dan misi capres pilihannya. Bagi saya wong cilik ini, rekam jejak masa lalu atau istilah politikus track record menjadi hal utama dan program kerja menjadi hal kedua. Pada prinsipnya, kedua-duanya memang hal yang penting untuk dimiliki oleh Capres dan Cawapres.
Izinkan saya untuk sekedar membandingkan kedua Capres berdasarkan kacamata orang biasa, bukan pengamat apalagi politikus senayan. Jokowi yang pernah menjadi Walikota di Solo dan Gubernur Non Aktif DKI Jakarta tentunya memiliki pengalaman dalam menjalankan roda pemerintahan dalam 2 level yang berbeda dengan berbagai prestasi kalau tidak bisa dibilang "segudang" prestasi. Tak perlulah saya sebutkan satu persatu prestasi yang dimilikinya karena saya dan anda tentunya juga sudah tahu dari berbgai informasi yang ada. Prestasi yang dibuatnya diakui oleh pemerintah RI, lembaga non pemerintah maupun pengakuan level internasional. Apalagi kepedulian beliau terhadap rakyat yang dipimpinnya tak terbantahkan lagi dengan kesediaan beliau mendatangi rakyatnya untuk menyerap aspirasi mereka melalui gaya blusukannya. Model pejabat seperti ini layak ditiru oleh pejabat lain di Indonesia agar selaku pejabat tidak hanya sekedar mendengarkan "kabar sukacita" dari bawahan yang memang punya niat biar bos senang supaya urusan lancar. Dengan menerapkan sistem kontrol yang baik akan menghasilkan kinerja yang berkualitas dan memberikan manfaat bagi rakyat yang dipimpinnya. Inilah yang dilakukan oleh Jokowi saat menjadi walikota Solo dan Gubernur DKI Jakarta. Keteladanan menjadi kunci utama untuk membuat tata kelola pemerintahan yang bersih. Oleh karena itu, pejabat harus memberi contoh yang baik kepada bawahannya, dan inilah yang dilakukan oleh Joko Widodo.
Prabowo Subianto adalah purnawirawan TNI berpangkat Letnan Jenderal dengan jabatan terakhir adalah Pangkostrad dan lebih dikenal sebagai Danjen Kopasus. Tidak bisa kita pungkiri bahwa Prabowo Subianto berperan besar menjadikan Kopassus sebagai salah satu pasukan elit  yang disegani di dunia. Mantan menantu Presiden Soeharto ini menjadikan Kopassus sebagai pasukan yang diandalkan oleh republik ini. Tetapi karena di Kopassus jugalah anak dari begawan ekonomi Soemitro ini terpaksa harus diberhentikan dari dinas kemiliteran atas rekomendasi DKP TNI AD karena terbukti terlibat dalam penculikan aktivis 98. Letjen (Purn) Prabowo Subianto akhirnya mengeluti dunia bisnis dan menjadi seorang pengusaha sukses. Sukses didunia bisnis menjadikan beliau terjun ke dunia politik dengan mendirikan partai Gerindra, dan pada pileg 9 April mengantarkan Gerindra sebagai pemenang ketiga. Hal ini juga tidak bisa dipungkiri merupakan prestasi beliau. Prabowo Subianto belum pernah menjadi seorang pejabat sipil di pemerintahan sehingga tidak dapat diuraikan kemampuannya dalam bidang ini, artinya beliau baru akan memulai jika nanti terpilih menjadi Presiden RI.
Apabila dibandingkan dengan pengalaman dan prestasi yang dimiliki oleh kedua calon dibidangnya masing-masing, mungkin menjadi binggung bagi kita untuk  menentukan pilihan. Tetapi yang perlu kita pikirkan secara mendalam dengan hati yang tenang bahwa saat ini Indonesia membutuhkan seorang Presiden yang peduli dengan kehidupan rakyatnya, punya niat dan pasti menerapkan sistem tata kelola pemerintahan yang bersih, mampu bekerja siang dan malam, cepat merespon keinginan warganya, dan tidak tersandera oleh perkara hukum dimasa lalu.
Berdasarkan analisis rakyat biasa seperti saya ini, maka saya berkeyakinan bahwa Jokowi bukanlah capres pilihan rakyat Indonesia tetapi Capres yang wajib dipilih oleh rakyat Indonesia. Karena kalau kata "pilihan" masih memungkinkan untuk dipilih atau tidak sedangkan bagi kita rakyat yang akan langsung merasakan dampak dari kepedulian seorang presiden, maka wajiblah untuk memilih Jokowi-Jk. Salam 2 Jari. (Ewin Pabayo)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun