Tempat sampah itu masih bau darah Anyir mengalir menghujam rintih sesak Jelaga bekas pembakaran masih menyengat... hangat.... Menyerak bekas sandal jepit penuh lumpur kenistaan . Satu jam yang lalu... Terpaku... tersalib dalam haru biru
Telinga tertutup rapat
Nurai bergetar hebat
Tak terlihatpun satupersatu jiwa-jiwa malang berkelebat
Masih terus terjadi...
Lelah...keputusasaan...ketidakberdayaan...ketidakadilan...
.
Ini bukan tahun empat lima
Dimana darah sangat berharga
Ini bukan tahun empat lima
Dimana peluh diharagai dengan tepuk tangan keras berbangga
.
Ironis memang...
Berpuluh tahun menyebut diri merdeka
Namun tetes tangis rakyat jelata masih mengubang di aspal jalan raya
Kemunafikan menjadi baju istimewa
Harta dan tahta menjadi berhala
Keserakahan menjadi jubah yang membuatnya bangga
Lambang kesuksesan, katanya...
.
Masih kita bermimpi ??
Negeri yang aman makmur loh jinawi
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dan keadilan bagi seluruh rakyat
Berdiri tegak dan berteriak
Adigang... Adigung... Adiguno
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H