Setelah melaksanakan kewajiban ibadah puasa Ramadhan selama 1 bulan penuh, yang dianggap sebagai“puncak” peribadatan dan yang ( umumnya ) paling ditunggu bagi umat Islam adalah tibanya hari raya Iedul Fitri.
Sebab dengan datangnya hari raya Iedul Fitri, ( seharusnya ) seseorang juga menjadi “fitri”. Suci kembali seperti sedia kala saat terlahir di dunia. Sebab ketika telah mencapai puncak Iedul Fitri ( seharusnya ) dosa-dosanya telah terampuni.
Sehingga menjadi sangat dimaklumi jika datangnya hari raya Iedul Fitri selalu disambut dan dirayakan dengan kegembiraan.
Yang mana beberapa dari kita bahkan terkadang terkesan sedikit berlebihan saat mengungkapkan rasa kegembiraannya.
Padahal apabila mau menengok apa yang dilakukan oleh para orang salaf sebelum kita, ketika menyambut dan merayakanhari raya Iedul Fitri, pastinya tidak akan pernah kita sangka-sangka.
Sebab ternyata memang benar-benar sangat berbeda.
Untuk itu sebagai satu suri tauladan bagi kita semua, tidak ada salahnya jika menyimak tentang kisah-kisah orang-orang salaf dalam memaknai dan merayakan “kegembiraan” di hari raya Iedul Fitri atau lebaran.
Dikisahkan, bahwa Shalih bin Abdullah, apabila datang Hari Raya Iedul Fitri dia pergi ke Mushala. Lalu kembali ke rumahnya setelah menunaikan sholat hari raya. Mengumpulkan istri dan anak-anaknya di sisinya, memasang rantai dari besi di lehernya.
Ditaburkannya debu di atas kepala dan tubuhnya, lalu menangis sejadi-jadinya.
Mereka bertanya :...baca selengkapnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H