Setelah dihebohkan dengan kedatangan dan film Miyabi di Indonesia, saat ini kembali diramaikan dengan kedatangan dan kiprah Terra Patrick di dunia perfileman Indonesia.
Dua-duanya serupa. Bintang film porno yang terkenal, meski dengan wilayah yang berbeda. Bagi yang suka dengan situs-situs biru tentu tidak ada yang tidak tahu bagaimana “ rona lingkungan “ dari keduanya. Bagaimana hutan belukarnya, bagaimana lembah, bukit dan gunungnya sampai sawah ladangnya.
Lepas dari “ rona lingkungan “ keduanya, kedatangan dan kiprah Terra Patrick memang mungkin tidak seheboh saat seperti Miyabi.
Ini tentu bisa dimaklumi karena memang bisa dikatakan bahwa Miyabi merupakan “ pintu gerbang”, perintis atau pelopor.
Dan biasanya, suatu hal yang baru pertama tentu memberikan kejutan, memberikan efek kehebohan lebih besar.
Setelah itu berkurang. Dan lama kelamaan bahkan mungkin hilang sama sekali kehebohannya.
Dan bisa jadi pameo ini yang digunakan para pemrakarsa dan pelaku industri film yang dilakoni oleh bintang film porno di Indonesia untuk mengeruk keuntungan yang sebesar-besarnya.
“ Kesalahan yang dilakukan berulang-ulang, lama-lama akan menjadi bukan kesalahan “.
Jadi logikanya ( mereka ) meski pada awalnya masyarakat geger, heboh, memprotes, menghujat dan sebagainya, jika digelontor dan diulang terus, maka lama-lama akan hilang sendiri. Akan bosan, akan maklum atau bisa jadi lama-lama malah suka.
Dari kecenderungan dan fenomena dunia perfileman Indonesia tersebut, setidaknya dapat ditarik beberapa hal yang cukup menarik :
1. Bahwa para pelaku industri perfileman di negeri kita ini, memang benar-benar sudah kapitalis sejati.
Barang mana dagangan yang paling laku, itulah yang akan dijualnya. Tidak peduli apakah nantinya akan meresahkan masyarakat, merusak generasi muda atau kemungkinan terjadinya dekadensi moral. Itu nomor dua !
( Atau bahkan justru memang itulah tujuannya ! ).
Maka alibi-alibi yang mengatakan bahwa hanya untuk memberi hiburan, memberi wacana baru atau sebagainya sesungguhnya hanyalah omong kosong belaka.
2. Diakui atau tidak diakui bahwa di negeri kita ini memang banyak penggemar atau bahkan mungkin pecandu film-film yang berbau porno atau porno sekalian. Entah itu dari kalangan anak-anak, pemuda, dewasa, orang tua atau bahkan kakek-kakek.
Terra Patrick adalah salah satu buktinya.
Dengan berani membuat film yang kedua ini ( setelah film Miyabi sebagai yang pertama ) berarti film jenis ini memang laku di pasaran.
Dan para pelaku industri perfileman Indonesia sebagai seorang kapitasli sejati tentu sangat jeli...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H