Mohon tunggu...
Teguh Suprayogi
Teguh Suprayogi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Terapis

La ilaha illallah

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Letusan Itu Menjadi Kado Ultah Terbesar

14 Februari 2014   19:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:49 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meletusnya gunung Kelud di Jawa Timur hari Kamis kemarin(13/02/2014), mengingatkan penulis pada peristiwa serupa di Jogja pada awal bulan November 2010 silam. Gunung Merapi memuntahkan isi perutnya.
Erupsi terbesar setelah beberapa kali didahului letusan yang sempat menimbulkan korban jiwa, salah satunya juru kunci gunung Merapi, mendiang Mbah Maridjan.

Peristiwa tersebut masih melekat dalam memori ini, bencana alam terbesar kedua yang pernah penulis alami setelah gempa bumi dahsyat yang menimpa kota Jogja juga pada tahun 2006 hingga menimbulkan korban sampai lima ribuan nyawa manusia.

Selain itu, erupsi terbesar Merapi pada 4 November 2010 bertepatan dengan tanggal kelahiran penulis dan anak pertama yang lahir pada 5 November. Seolah menjadi kado terbesar dalam hidup ini, walau tidak pernah merayakan hari kelahiran. Menjelang tengah malam pada 4 November hingga pagi 5 November, suara gemuruh dari arah utara kota Jogja menyelimuti malam hingga suasana terasa mencekam.

Suara-suara kerikil lembut terdengar sangat jelas ketika jatuh di atap rumah yang sebagian terdiri dari seng dan genteng. Abu tipis juga mulai berjatuhan, semakin tebal ketika menjelang subuh. Hanya doa yang bisa terucap, dan terus berdzikir semoga wedhus gembelnya atau awan panas Merapi tidak terbang sampai jauh kedalam kota Jogja.

Dari jauh terdengar suara sirene, ambulan dan suara kendaraan yang berlalu lalang membawa pengungsi dan warga diseputar gunung Merapi. Dari radius 15 kilometer pada minggu sebelumnya, hingga radius 20 kilo meter setelah letusan yang ini.

Wajah-wajah dan tubuh penuh abu memenuhi sebagian besar pengungsi yang dibawa ke lokasi-lokasi baru pengungsian, seperti stadion Maguwo, UPN Veteran Jogja, kantor-kantor kelurahan, masjid dan gereja disekitar rumah penulis dan tempat-tempat lain yang lebih aman.

Itulah sepenggal cerita yang pernah penulis alami. Banyak hikmah yang didapat dari peristiwa ini, dan yang pasti semakin meningkatkan taqwa pada pencipta dan penguasa alam ini, Allah SWT...
Wallahua'lam

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun