Mohon tunggu...
Teguh Suprayogi
Teguh Suprayogi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Terapis

La ilaha illallah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Saren, Dideh dan Marus

10 Agustus 2020   00:01 Diperbarui: 9 Juni 2021   08:51 4668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saren, Dideh atau Marus. | taiwanhalal

Ini kejadian seminggu yang lalu. Masih dalam suasana pesta daging sapi dan kambing qurban. Pagi itu membaca iklan jualan di grup jual beli Facebook. Mau tahu jualan apa?

Oseng-oseng saren. Ya, saren, dideh, marus atau apalah namanya di daerah Anda. Darah beku dari penyembelihan hewan yang dikukus. Dari darah ayam, sapi, kambing dan hewan lainnya lainnya. Bagaimana, mual mendengarnya? 

Baca juga: Oseng Pare Lombok Ijo, Perkedel Pindang Salem, Kreasi Dapur Yuliyanti

Saren tampilannya sekilas mirip hati sapi. Berwarna merah tua, coklat hingga kehitaman. Teksturnya lembut seperti tahu. Biasanya diolah menjadi bacem, gorengan, sate, oseng-oseng atau dimasak dengan santan. Enak katanya. Tentu bagi yang doyan.

Bagi sebagian kalangan memang bebas dan sah saja makan saren. Tidak dilarang, silakan saja. Tetapi bagi muslim jelas tidak halal untuk dikonsumsi. Tidak thayib (baik) dan najis. Bagaimana mungkin saat hewan sembelihan dibuang darahnya untuk diambil dagingnya. Ini malah ada yang pengin darahnya.

Baca juga: Oseng Jagung Muda Sayur Rupa-rupa

Darah meskipun kabarnya berprotein tinggi, jelas beresiko kalau dimakan. Dalam aliran darah ada bermacam-macam zat atau kandungan yang mungkin berbahaya bagi tubuh. Membawa zat hasil metabolisme tubuh dengan segala isinya.

Tulisan ini sekadar mengingatkan. Agar berhati-hati dalam jual beli makanan. Ada penjual yang jujur dengan apa yang mereka jual, tapi tak sedikit yang menyembunyikan atau tidak jujur dengan yang mereka jual. Seperti penjual saren ini. Ketika ada yang memberi saran baik-baik, balasannya sangat kasar.

Baca juga: Oseng Tahu Telur Puyuh

Tampilan makanan yang menarik, harga murah, rasa masakannya enak. Itu semua tak cukup jika ingin kita konsumsi. Bagi yang muslim jelas, makanan harus halal dan thayib. Vampire atau penghisap darah mungkin tak ada di Indonesia, tapi yang jualan dan pemakan olahan darah masih banyak. Waspadalah!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun