Entah siapa yang pertama kali menggunakan kata Las Vegas (LV) untuk menggambarkan sebuah kebebasan tanpa batas atau tanpa banyak aturan. Inilah yang marak terjadi beberapa tahun terakhir di kota pelajar dan pendidikan, Yogyakarta. Banyak iklan mencari kos atau kontrakan yang "Las Vegas" atau LV.
Sebagai penjual jasa (baca : makelar) rumah kontrakan atau kos yang banyak bertebaran disekitar tempat tinggal, daerah Jogja utara, penulis hampir tiap hari tak lepas dari pasang iklan atau sekedar baca-baca iklan orang yang cari kos atau kontrakan.Â
Ratusan iklan setiap hari berseliweran menawarkan atau mencari hunian. Dari yang kelas ekonomi 300 ribu per bulan sampai 1,5 hingga 2,5 juta per bulan untuk yang ekslusif. Ini untuk kamar kos. Untuk rumah kontrakan dari 5-30 juta per tahun tergantung lokasi, kondisi dan jumlah kamar.
Dari pengamatan pribadi dua tahun terakhir, tren mencari kos dan kontrakan yang LV atau Las Vegas meningkat cukup banyak. Awalnya penulis juga tidak paham apa itu kos LV. Dari beberapa komentar pencari hunian model ini, mayoritas mereka ingin kos yang bebas, tidak banyak aturan, campur cowok cewek gak masalah. Intinya pengin bebas siang malam seperti Las Vegas kota judi di Amrik sana.
Agak miris memang melihat kecenderungan mahasiswa mahasiswi sekarang yang tidak pengin pergaulannya diatur oleh norma masyarakat atau agama. Nafsu besar duit mepet, menjadikan kos-kosan atau rumah kontrakan menjadi ajang pergaulan bebas.
Semakin banyak kos yang tidak ada induk semangnya juga menjadikan kos LV menjamur. Jauh dari pengawasan pemilik, apalagi tak ada penjaga kos. Tanggungjawab masyarakat sekitar kos jadi makin berat.
Memang tidak semua yang pengin kos LV suka pergaulan bebas. Ada yang murni pengin bebas jam malam saja untuk keluar masuk hunian. Tapi sebagian besar pencari kos LV karena ingin pergaulan bebas antara cowok dan cewek.
Nampaknya benar hasil survei beberapa tahun lalu yang pernah di lakukan Lembaga Studi Cinta danKemanusiaan yang menyatakan 63 persen seks bebas dilakukan ditempat kos pria, 14 persen ditempat kos perempuan atau rumah kontrakannya.Selanjutnya 21 persen di hotel melati yang tersebar di kota Jogja dan 2 persen ditempat wisata yang terbuka.
Mari semuanya ikut bertanggungjawab dengan kondisi ini, dari aparat, pemerintah kota, masyarakat, pemilik kos dan kontrakan, keluarga mahasiswa mahasiswinya dan tentunya para pencari kos dan kontrakan, jangan ada lagi hunian "Las Vegas".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H