Hal yang wajar jika orang berobat ingin segera sembuh dari penyakit
yang dideritanya. Baik berobat ke rumah sakit, praktik dokter, tabib, atau
tukang pijat seperti penulis. Apalagi jika sudah mengeluarkan biaya
yang tidak sedikit, tentu harapan ingin cepat sembuh akan muncul hampir
pada semua orang.
Seperti halnya pengobatan medis di rumah sakit yang dilakukan oleh
dokter, pengobatan alternatif seperti pijat tradisional atau pijat refleksi
yang penulis lakukan pun, pasien berharap banyak mendapat kesembuhan
dari gangguan atau penyakit yang menimpanya.
Bermacam-macam tipe atau sifat pasien dalam menjalani pengobatan,
dari yang penuh kesadaran bahwa terapis pijat hanya sebagai lantaran
untuk kesembuhan penyakitnya hingga menganggap terapis pijat adalah
'orang pintar' yang mesti bisa menyembuhkan.
Beragam sifat tersebut membuat perilaku pasien selama atau sesudah
terapi dilakukan juga bermacam-macam, dari yang memuji terapi yang
telah dilakukan sampai komplain pijatnya tidak enak, bikin sakit atau
ngomong tidak ada manfaatnya sama sekali.
Memang harus sabar menghadapi berbagai macam pasien dengan sakit
yang beragam, walau kadang didalam hati juga tidak terima dengan perilaku
pasien yang kadang menjengkelkan. Misalnya, penyakit yang lama tidak
sembuh, sudah dibawa berobat ke rumah sakit belum banyak perubahan,
saat berobat dengan pijat maunya cepat sembuh.
Dengan tarif pijat per jam 200 riyal (kurs 1 riyal = Rp3000) atau 600 ribu rupiah
bisa saya maklumi jika pasien berharap banyak untuk mendapat kesembuhan,
walau sangat jelas hak menyembuhkan hanya milik Allah, Tuhan Yang Maha
Kuasa untuk memberi kesembuhan, terapis hanya sekedar mengobati.
Sebagai terapis, penulis dan semua teman-teman disini sudah berusaha
memberikan pelayanan yang terbaik kepada tamu atau pasien, namun jika
pasien masih gir gir atau komplain dan banyak omong, biasanya
teman-teman yang jengkel menyarankan pasien untuk ke rumah sakit dan
melakukan injeksi biar sakitnya hilang dan berkata "This is not magic!"
Dammam, 05/02/2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H