Mohon tunggu...
Teguh Suprayogi
Teguh Suprayogi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Terapis

La ilaha illallah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gaya Ngabuburit Orang Saudi

17 Juli 2014   15:35 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:05 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14055608271191678596

[caption id="attachment_348238" align="aligncenter" width="300" caption="ngabuburit/francepostnews.com"][/caption]

Ini kali ketiga saya puasa ramadhan di negeri Saudi Arabia. Sudah beberapa
artikel saya tulis tentang pengalaman berpuasa di negara padang pasir yang
kaya minyak dan gas. Tulisan kali ini saya akan sedikit cerita soal menunggu
waktu buka puasa yang di tanah air lebih ngetop dengan istilah ngabuburit

Ngabuburit di Saudi jauh berbeda dengan di Indonesia, terkesan adem ayem,
kurang greget, terutama untuk yang suka keramaian. Nggak ada pedagang
takjilan macam es doger, es kelapa muda, kolak pisang, sup buah atau ber-
bagai macam makanan seperti kue dan jajanan pasar dan lainnya seperti
pada waktu saya tinggal di Jogja, dimana seputar kawasan kampus UGM
berubah menjadi pasar tiban pedagang kaki lima dengan wajah-wajah baru.

Disini ngabuburit tak jauh beda dengan hari-hari biasa. Itu yang saya lihat
di kota Dammam, kalau kota-kota lainnya saya kurang tahu. Anak-anak muda
beraktifitas seperti biasa disore hari seperti jalan-jalan di taman, bersepeda
atau untuk yang lebih besar bermain bola atau futsal, selebihnya mungkin
lebih senang mendekam didalam kamar.

Pemandangan yang hampir sama dengan di tanah air paling supermarket dan
pusat perbelanjaan semakin ramai pengunjung, dari menjelang buka puasa
hingga malam hari sehabis sholat tarawih akan selalu padat dan siap antri
di kasir. Syahwat belanja warga Saudi cukup tinggi, mungkin karena pendapatan
perkapitanya juga cukup besar.

Satu yang saya amati, selain beda tradisi dan budaya, ngabuburit di Saudi
terkesan biasa-biasa saja mungkin karena cuaca diluar pada saat ini kurang
mendukung untuk beraktivitas diluar, dengan suhu mencapai 42-44 derajat
Celcius tentu lebih nyaman tetap di rumah yang adem ber-AC, tak terkecuali
dengan para tenaga kerja asing seperti TKI macam saya, keluar kalau hanya
ada keperluan penting atau menjelang buka puasa untuk pergi ke masjid
mencari makanan gratis.

Dammam, 17/07/2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun