Mohon tunggu...
Danny PH Siagian
Danny PH Siagian Mohon Tunggu... Dosen - Menulis, Menulis dan Menulis

Jurnalis dan Dosen

Selanjutnya

Tutup

Politik

Akankah Jokowi-JK Melenggang Mulus ke Istana?

6 Juli 2014   13:33 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:16 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pertanyaan ini sebenarnya sangat sederhana. Namun, nampaknya perlu dikaji lebih dalam.

Mengapa? Karena Jokowi sendiri, dalam beberapa survey menunjukkan hasil yang sangat meyakinkan sebelum resmi dicalonkan sebagai Capres. Banyak pengamat juga menyatakan statement Jokowi memang lebih unggul. Demikian juga setelah diumumkan menjadi Capres. Hasilnyapun masih meyakinkan. Jauh lebih unggul diantara Capres lain yang digadang-gadang parpol dan kelompok lainnya. Beberapa pengamatpun memperkuat.

Keunggulan ini juga berlanjut, ketika Jokowi (Joko Widodo) dipasangkan dengan Cawapres, Jusuf Kalla (JK). Banyak survey yang menyatakan, Jokowi-JK paling cocok jika dibandingkan dengan Jokowi dipasangkan dengan yang lainnya. Bahkan juga beberapa pengamatpun mengamininya.

Namun, setelah masa kampanye berjalan selama satu bulan penuh, ditambah serunya  Debat Capres 2014 sebanyak lima kali, kalkulasi hasil survey Jokowi-JK, sempat panas-dingin. Artinya, terjadi fluktuasi penurunan dan kenaikan kembali posisi Jokowi-JK, dalam beragam hasil survey. Demikian juga analisis pengamat, yang mulai beragam.

Akan tetapi, satu yang sangat meyakinkan. Eskalasi dukungan terhadap pasangan Prabowo-Hatta, sebagai pasangan nomor 1, tak bisa dibendung. Terserah dikatakan banyak orang, diantaranya ada yang dimobilisasi atau tidak. Namun hasil survey menunjukkan, terjadi lompatan yang signifikan, dari yang tadinya elektabilitasnya di kisaran 17-19 persen, menjadi 36-42 persen dari berbagai lembaga survey. Bahkan ada survey yang mengatakan, pasangan Prabowo-Hatta sudah melampaui Jokowi-JK.

Sedangkan Jokowi-JK, pasangan nomor 2, sempat turun dari yang tadinya sekitar 51-53 persen, menjadi 42-48 persen secara rata-rata hasil survey berbagai lembaga survey. Namun, setelah kampanye berjalan lebih dari setengah bulan, dan adanya kampanye hitam, elektabilitas Jokowi-JK mengalami kenaikan kembali. Namun, kenaikannya itu, baru hampir mencapai posisi gemilang sebelumnya.

Sementara, pasangan Prabowo-Hatta, setelah mengalami lonjakan siginfikan juga, terus beranjak perlahan, kendati persoalan HAM yang melilitnya sempat ramai kembali. Demikian juga beberapa pendukung baru Prabowo-Hatta yang belakangan berbondong-bondong mendukungnya, seperti: 115 anggota DPR RI dari fraksi Partai Demokrat, dan 78 (dari 132) anggota DPD RI, hingga di ‘injury time’, bergabungnya Rustriningsih (kader PDIP/ mantan Wakil Gubernur Jawa Tengah) yang sebelumnya dikenal banyak pendukungnya. Kendati yang satu ini disangkal beberapa kader PDIP lainnya.

Pertarungan makin sengit, ketika masa kampanye memasuki minggu ketiga dan keempat. Para pendukung kedua pasangan ini silih berganti mendeklarasikan dukungannya. Dan semuanya rata-rata memamerkan jumlah massa, dengan berbagai identitas nama relawan masing-masing.

Hingar-bingar makin terjadi, ketika adanya saling tuding melakukan kampanye hitam, dengan unsur fitnah, termasuk soal tabloid Obor Rakyat. Terakhir ada lagi koran Sapu Jagad, yang semuanya menujukan fitnah pada Jokowi. Namun anehnya, satu sama lain saling mencurigai. Seolah-olah nggak jelas, siapa dalang-siapa wayang. Karena kedua kubu merasa saling dizolimi. Hanya, secara hitungan, pasangan Jokowi-JK lebih banyak mengalami hujatan.

Yang lebih ramai lagi, tanggal 4-5 Juli 2015, dimana Pilpres RI, sudah diselenggarakan di luar negeri. Namun berbagai sumber menyatakan, Jokowi-JK menang signifikan di berbagai negara. Tapi anehnya, muncul lagi hasil perhitungan tandingan, yang mengatakan Prabowo-Hatta yang unggul.

Contohnya, di Arab Saudi dikatakan, pasangan nomor urut 2, Jokowi-JK diberitakan menang 75 persen. Sedangkan kubu Prabowo-Hatta hanya meraih 25 persen suara. Pelaksanaan Pilpres 2014 di Arab Saudi ini digelar di Jeddah, Jumat, tanggal 4 Juli 2014. Kabar kemenangan ini dikatakan anggota Tim Sukses Jokowi-JK, Yuddy Chrisnandi, yang ia dapatkan dari Wakil Rektor Universitas Paramadina, Ir Widjayanto MPP, sebagaimana juga dilansir BeritaSatu.com di Jakarta, Sabtu 5 Juli 2014 dan Liputan 6.

Tapi anehnya muncul lagi pemberitaan tandingan, melalui twitter dan media sosial, dimana Prabowo Hatta di Arab Saudi menmemperoleh suara 46 persen, dan Jokowi JK meraih 54 persen. Angkanya jelas beda. Yang lebih aneh lagi, di Malaysia, dikabarkan Prabowo Hatta meraih 75 persen suara, sementara Jokowi JK hanya meraih 25 persen. Namun sumber lain mengatakan, pasangan nomor 1 hanya mendapat 15 persen, dan pasangan nomor 2 meraih 85 persen. Demikian juga di Jepang, yang dipublikasikan melalui twiter dan media sosial, dimana Prabowo-Hatta unggul dengan 77 persen, sementara Jokowi-JK hanya 23 persen. Tapi, dalam rilis lainnya, di negara yang sama, pasangan nomor 1 meraih 40 persen, sementara  pasangan nomor 2 unggul di posisi 60 persen.

Jelas, hal ini menunjukkan indikasi perlawanan dari kedua kubu, yang tak mau pasangannya disebut kalah. Karena kedua kubu, pasti merasa berpeluang memenangkan pertarungan.

Kembali ke laptop, jika sejak awal Jokowi-JK tercatat unggul dari Prabowo, namun ditengah jalan, banyak tantangan dan perlawanan, apakah di-ending-nya akan tetap memenangkan pertarungan? Diatas kertas, memang masih diakui, Jokowi-JK masih unggul. Kendati mungkin akan menang tipis.

Namun, mencermati demikian banyaknya  hujatan, tantangan, ganjalan, hingga hingar-bingarnya persaingan publikasi maupun antar relawan, apalagi masyarakat pemilih yang sudah makin menunjukkan pergesekan, apakah Jokowi-JK akan melenggang mulus ke istana? Ini yang perlu dijawab oleh seluruh pihak dan masyarakat.

Kekhawatiran Terjadinya Chaos

Jika seluruh pihak mampu menyadari, bahwa Pilpres ini adalah kontestasi antar figur Capres-Cawapres, yang sifatnya sesaat, maka mestinya tidak akan terjadi apa-apa. Paling-paling terjadi riak-riak emosi yang berseberangan dengan euforia. Karena, siapapun yang akan menang, maka itulah yang menjadi Presiden dan Wakil Presiden seluruh rakyat Indonesia. Karena konstitusipun mengatakan demikian.

Justru yang sangat disayangkan, jika terjadinya pergesekan yang akan menimbulkan chaos, hingga jatuhnya korban. Karena, dengan banyaknya dukungan di masing-masing kubu, maka potensi kedua kubu sangat besar menciptakan ledakan emosi, yang bisa-bisa menyulut keributan secara berantai. Dan biasanya, jika terjadi luapan amuk massa di satu daerah tertentu, akan memancing terjadinya di daerah lainnya.

Dan inilah salah satu yang dikhawatirkan, yang menghadang Jokowi-JK untuk melenggang mulus ke istana. Apakah akan terjadi demokrasi berdarah-darah? Karena diakar rumput, sangat sulit menghindari pergesekan. Dan jika ini terjadi, maka akan timbul gugatan macam-macam versi, yang menyebabkan masalah baru menuju istana. Termasuk disebabkan kecurangan-kecurangan sebelum pencoblosan di 9 Juli nanti, maupun kecurangan dalam penghitungan suara.

Sebab itu, aparat keamanan gabungan Polisi dan TNI, dan tenaga bantu lainnya, harus mampu membaca kondisi dan situasi, sehingga dapat bertindak antisipatif. Bila perlu, patroli diperkuat untuk secara dini, untuk memonitor situasi. Dan rasanya akan jauh lebih baik mencegah daripada meledak duluan.

Sementara bagi rakyat Indonesia, dari ujung Timur hingga ujung Barat, kiranya dapat menyadari bahwa kedaulatan yang ada ditangan masing-masing sebagai warga negara, bukanlah sebagai sumber malapetaka baru. Yang paling utama, rakyat dapat memberikan pilihannya sesuai nurani. Sedangkan urusan menang-kalah, itu urusan kedua. Bravo Pilpres 2014!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun