Sore ini kuhabiskan waktu dipantai lagi, langit terlihat menggantung kabut putihnya, terdengar deburan ombak yang pecah di pagar pembatas, aku terdiam dalam belaian alam, dua headset ditelingaku hanya sekedar hiasan tanpa suara, tarian angin memaksa perahu perahu kecil yang bersandar terlihat terombang ambing dalam bisingnya riak air yang semakin mengikis daratan. Harusnya hari ini cerah karena musim kemarau tapi efek global warming sudah mengacaukan segalanya, kubuka buka kalender di smartphone ku, kudapati 4 jadwal kemo yang kulewatkan tapi kenapa dia tidak mencariku lagi, mungkinkah dia tidak lagi mengkhawatirkan kesehatanku lagi ? Ah dia memang tidak setulus om Lukman ku keluarkan minuman berion di tasku dan meneguknya, memang didalam tas tak pernah absent kusiapkan, sekedar untuk jaga jaga aja, ku nikmati senja yang mulai beranjak pergi digantikan kehitaman malam , ketakutan kembali menyergapku, kilauan bintang dilangit yang menambah syahdu sang malam atap lautan semakin membuatku gelisah, tinggal berapa lama waktuku menikmati semua ini, om Lukman andai kau tak pergi dari sini, dan butiran bening inipun akhirnya terlepas dari kekanganku, masih mungkinkah aku menyemangati diriku menyebrangi lautan galau ini, hawa dingin mengalir mengerubutiku hingga terasa badanku merinding, dan fikiran buruk semakin menyerangku, hatiku seolah mendapat isyarat buruk dari sang malam, kurapatkan tanganku menutupi lenganku secara silang,mungkin kah kesehatanku makin memburuk, kurasakan tubuhku menggigil,mungkinkah aku akan segera mati ? Pikiranku benar benar kacau, seseorang memakaikan mantel doreng untukku, sekilas di dada depan tertulis nama ' Gatan ' aku menoleh dan benar saja, kudapati dokter muda itu dengan air muka dingin dan menggenggam suatu alat yang kurasa adalah alat pembesar untuk pengamatan jarak jauh "sebelumnya tak pernah aku memiliki pasien sepertimu"sejenak dia terdiam, dan terdengar helaan panjang nafasnya "kamu ingat ? Sudah 4x kamu melewatkan kemoterapi, itu cukup untuk membuat sel sel berbahaya dalam tubuhmu berkembang pesat"ujarnya dengan kalimat dingin yang tak pernah ku dengar dari siapapun selain dokter aneh ini, aku masih terdiam membelakanginya, seperti apa pun aku keras kepala, aku bisa berfikir dan aku tau apa yang dikatakannya adalah suatu logika yang diperkuat oleh pengalamannya sebagai dokter selama ini, yang tak akan menganalisa sebuah kasus sembarangan. "aku percaya kamu pasti berfikir resiko dari setiap pilihanmu, kamu anak cerdas,kasihan orang tuamu kalau harus kecewa karena ke egoisan kamu, kanker yang menggerogotimu tidak bisa kamu anggap enteng, apalagi penyakit keturunan yang kamu derita juga tidak sepele, aku sangat kesulitan memberi laporan perkembanganmu pada om Lukman, karena sikap pembangkanganmu, apa kamu mau aku memberi laporan palsu ? Aku dokter Bee, Apa yang aku laporkan harus jelas dan akurat, jangan samakan dunia medis dengan dunia sastra Bee . . ."ujar dokter itu panjang, aku semakin tidak bisa menyembunyikan tangisku mendengar penuturannya, sebenci apapun aku padanya tapi dia benar, ,lalu aku harus gimana ? Haruskah umurku aku pertaruhkan demi sebuah rasa gengsi ?
*** pagi ini aku sudah memulai aktifitas seperti biasa, liburan telah usai, betapa terkejutnya aku rambut yang aku sisir terlalu banyak yang terjatuh kelantai, ada apa lagi dengan rambutku seingatku aku tak pernah mengalami rambut rontok karena kuakui rambutku begitu sehat tapi fakta ini membuatku bingung, tidak mungkin sebuah kebetulan bisa separah ini, pikirku seraya mengamati garis lekuk wajahku dicermin, sesaat hatiku sesak dan panas , sudah terlalu dekatkah kematian itu ? Aku terduduk lesu didepan meja rias, apa artinya semua raga cantik ini jika tak ada yang menopangnya, apa gunanya kecantikan ini jika kesehatanku melayang ? ku urungkan niatku untuk kesekolah toh hari ini pasti hanya pemberitauan kelas yang harus ditempati untuk identitas dikelas XI, aku berjalan menuju balkon, angin yang menyerbu merusak rambutku lagi, kuhempaskan badanku disofa, "hmmm . . .akan melakukan apa,aku hari ini ?"pikirku . . . Aku bangkit dan mengganti pakaianku, ku pilih kaus putih dan rok mini warna pink, kuambil jam tangan merk Giotona berantai ungu karakter merah dan sebuah kalung panjang berhias kristal kemerah mudaan di beberapa bagiannya dan ku ikat tinggi rambut panjangku "Non, ditunggu dokter Gatan dibawah"seru Bi'Fatim yang hanya menongolkan kepalanya di pintu, Dokter aneh itu ngapain kesini ? Dengan malas aku menuruni anak tangga, "ada apa ?" tanyaku dibelik punggungnya, dia berbalik arah dan . . .sebagai wanita normal aku sadar akan pesona dirinya dengan kaus pres body yang mampu membuat tubuh atletisnya terlihat nyata, sebuah jam merk expedition hitam terlingkar di pergelangan kirinya "ayo ikut aku" tanpa basa basi dia menarik lenganku menuju mobilnya, "kita mau kemana ?"ujarku membuka pembicaraan, tapi tak ada sahutan terlontar dari mulutnya, lama ku tunggu tak juga dia menjawabnya "dasar dokter budeg" gumamku "aku hanya malas meladenimu, karena ujungnya pasti kita berdebat, otakmu kan keras" ujarnya santai menikmati kesibukannya memainkan stir mobil, hih . ,dasar manusia aneh ,cukup lama perjalanan yang aku tempuh dan sampailah kami di wisata kebun strawberry . . .aku benar benar terkagum kagum dengan keindahan alamnya, aku asyik bermain kesana kemari memetik strawberry dengan sabar dia mengikutiku layaknya seorang ayah yang menjaga anaknya,hari semakin terik, kami beristirahat dan lunch disebuah cafe, "hmmm . . .jus wortelnya lebih segar" selutukku "kamu senang hari ini ?" "iy. . . Enggak biasa aja"ujarku kembali sewot kudapati sedikit senyum simpul diujung bibirnya, "aku minta jadwal kemo ke 5 kamu datang, kamu punya jadwalnya kan?" "nggak mau, sudah kubilang aku gak mau dikemo ma kamu" "kamu yakin ?" "tentunya" "baiklah, terserah kamu"ujarnya bangkit menuju mobil "eh kamu mau kemana ?" kejarku "pulang" "bayarin makananku" "bayar aja ndiri kamu yang makan" "aku gak punya uang tau ?" "cuci piring aja!" "tunggu ! ! ! "Kuraih dompet disaku belakangnya ku ambil selembar ratusan "eh kriminal itu namanya" "bodo' weck " kutinggalkan dia yang terlihat menahan senyumnya Setelah membayarnya dia sudah menungguku di mobil "setiap hari aku mencoba mengamatimu dari jauh, aku sangat berharap kamu peduli dengan kesehatanmu, tapi untuk kesekian kali, bahkan kamu sering kali mengkonsumsi softdrink dan sejenisnya yang berbahaya untuk tubuhmu,lalu apa yang harus ku lakukan supaya kamu mendengar kata kataku Bee "ujarnya yang sempat ku dengar "sudahlah Bee, buang rasa genksimu itu, kesehatanmu lebih penting,kamu memiliki mimpi kan ?" "aku ? Aku memang punya mimpi, tapi semua ini membuat impian itu berlari menjauh" "kenapa kamu tak mengejarnya " "you never know when i have to deny shal the death is really close" "kenapa kamu berfikir macam macam ?" "aku tak berfikir macam macam hanya satu macam saja" "terserahlah susah bicara dengan gadis berIQ tiarap sepertimu" "maksud kamu apa ? Bagaimana mungkin aku bisa memenangkan bermacam olimpiade kalau IQ ku tiarap ? Konyol " ujarku kesal dan membanting punggungku ke sandaran kursi mobil setelah sebelumnya ngotot di sebelahnya " kalau memang kamu cerdas kenapa kamu lebih memilih gengsi dari pada kesehatanmu ? Apa itu pilihan cerdas ?" sial aku tak bisa membantahnya kali ini "kalaupun aku mengikuti kemo darimu tidak menjamin aku langsung sehatkan ?" " tuh kan !seorang yang cerdas tidak akan berkata seperti itukan ? Dia akan berfikir lebih rasional karena semua itu butuh proses, kamu mau kencing aja ada prosesnya kan ?" sekaknya yang ke dua "ayolah nyalakan semangatmu lagi, you are not alone, you have me. I promise i'll always by your side,so . . .gak ada alasan buat putus asa " ujarnxa sembari tersenyum tak lama ponselnya bergetar "hallo" terlihat dia berbicara dengan seseorang "iya, maaf ya sayang! Kita dinner bareng besok aja ya!sebentar lagi aku harus ngurusin pasien dulu, . .ok sayang . . .seepp " "apakah membohongi perempuan itu menjadi hal biasa buat lelaki ?"sindirku "maksud kamu apa ?" "barusan kamu bilang ngurusin pasien, padahal sekarang kamu lagi ma aku, apa itu gak bohongi dia ?" "enggaklah, emang kamu siapa ? Temen aku ? gak kan ? Kan kamu pasienku, emangnya kamu pikir ini ajakanku kencan apa ?apanya yang salah coba ?"sialan nich dokter bikin aku speechless mulu "lagian siapa juga mau kencan ma dokter aneh kayak lne ?hii"cibirku "masa gak denger ? barusan cewek ku telfon ngajak kencan, emangnya kamu? Gak laku" "eh enak aja bilang gue gak laku, banyak kali yang ngejar ngejar gue, guenya aja gak mau", "pret. . .paling juga yang ngejar ngejar tukang kredit, nagih hutang" "tau ah ni orang ngaco mulu, kok bisa sich kayak gini jadi dokter" "hahaha begitulah gak da yang gak mungkin didunia ini, so . . .kamu harus rajin kemo,ok ! " "cukup! Gak perlu bantah lagi ok?!" sekaknya saat aku baru mau buka mulut . . . "dah sampai nich, aku perlu turun gak ?" "gak usah, cuma bikin sepet aja,makasih"ujarku sewot seraya menutup pintu mobilnya "jangan lupa besok ku tunggu ditempat biasa"teriaknya seraya menutup kaca mobil dan berlalu setelah sedikit menyapa satpam rumah papa "pagi non, "sapa bang Narpan "pagi ?" ujarku seraya melirik jam yang melingkar dipergelangan kiriku "ich wow ternyata dah pukul setengah dua"gumamku seraya melangkah santai memasuki rumah "Non!" suara Bi'Fatim membuatku terkejut "kok belum tidur?"tegurku "belum non, non sudah ngantuk belum ?" "ya belom sich, emang napa ?" "saya mau bicara non" "bicara apaan ? Mukanya serius getoh ? Ya ayuk di kamar Bee aja, sekalian Bee mau mandi dulu"ujarku berlalu menaiki tangga meninggalkan Bi'Fatim yang masih dibawah, kubasahi rambut dan tubuhku dengan air dingin dari shower, ku nikmati segarnya air yang mengguyur tubuhku, setelah melakukan serba serbi ritual perempuan dikamar mandi, aku segera mengganti bajuku, rasanya kepalaku agak pusing, kudapati Bi'Fatim menikmati acara televisi disofa samping ranjangku, mungkin dia jenuh menungguku terlalu lama "hehehe maaf Bi' kelamaan" "nggak papa non" "emangnya mau bicara soal apaan sich Bi' ?"ujarku santai seraya berdiri didepan cermin dan mengeringkan rambut dengan handuk, "non sakit ya ?" "sakit ? Maksudnya ?" tanpa ku sadari ada begitu banyak rambut tertinggal di handukku ketika aku mengangkat handuk dari kepalaku dan duduk dikursi rias "non, rambut non kok rontok sebanyak itu ?"tunjuk Bi'Fatim terkejut yang membuatku kaget bercampur panik hingga wajahku terlihat pucat pasi dicermin "ohh. . .itu emm tadi Bee nyoba sampo baru, mungkin nggak cocok jadi ya gini deh"jawabku mencoba menenangkan kepanikanku seraya tersenyum, Bi'Fatim terlihat bangkit dari duduknya dan bersimpuh didepanku . ."Non, Bibi sudah tau non,buat apa non menyembunyikannya ?" "tau apa ?sembunyiin apa sich ?maksud Bibi tu apa ? Jangan ngaco deh !" "Bibi sering menemukan botol obat ini setiap kali membuang sampah non, setelah Bibi cek ini obat buat hemofilia"tunjuk Bi'Fatim padaku dan tangisnya pun meledak "itu bukan punyaku, gak usah yang aneh aneh deh" "bibi juga berharap ini bukan punya non, tapi firasat bibi lain non" "percaya kok ma firasat sich Bi ? Hello sekarang zamannya teknologi Bi' sekarang mending bibi keluar trus tidur !dah hampir pagi ini bi" ujarku seraya berdiri dan menuju tempat tidur, aku berbaring membelakangi Bi'Fatim dan menyembunyikan wajahku diempuknya guling, entahlah bi Fatim keluar setelah menit yang ke berapa aku terbangun pukul 06.27 am kuraih sekaleng soft drink dari kulkas mini ku, aku tertegun didepan cermin, ku elus pelan rambut panjangku, ternyata begitu banyak rambut yang rontok dan tertinggal ditanganku, "aku gak mau botak"pekikku terduduk lesu didepan kulkas, kusandarkan kepala dan punggungku dipintunya, ku teguk habis dan kubuang begitu saja kalengnya, ku dapati foto mama papa terjatuh karena lemparan kalengku mengenanya, aku meraihnya dengan merangkak pelan "senyum mama begitu indah, papa juga tapi aku ? Aku tak kan bisa melihat senyum itu lagi nanti, mama. . . . .aku gak mau mati ma, aku ingin tinggal sama mama, sama papa, aku ingin jadi mahasiswi curtin kebanggaan mama . . .aku tak kuasa membendung tangisku, butiran butiran bening pun meleleh dipipiku, ku peluk erat foto mama papa, dan sesaat bunyi sms dari ponselku memaksaku melepaskannya "Bee . . .jangan lupa, hari ini ada donor darah masal disekolah dan kamu jadi koordinatornya, jadi kamu jadi simbolis donor yang pertama, gak lupakan ?" sms dari pak Doni, deg . . Aku gak mungkin bisa mendonorkan darahku untuk orang laen, argh bagaimana mungkin aku bisa menyuruh orang lain mendonorkan darahnya, sementara aku sendiri tidak melakukannya . . .kenapa aku tak berguna ? Kenapa aku tak berguna ma ? Kenapa aku tidak bisa membantu mereka ? Kemana bian yang dulu serba bisa ?kemana ma ? Mama . . .kenapa mama diam aja ma ,kenapa ma ? Bee bahkan tak bisa melakukan hal kecil untuk orang lain, Bee sedih ma, Bee bingung , , papa. . .kenapa papa juga hanya diam ?katanya Bee anak kesayangan papa, kalian kemana ? Teriakku membanting foto mama papa,dengan tangis yang makin kacau. . .aku kembali memaku wajahku dicermin " aku jelek kalo kayak gni"gumamku . . .aku beranjak kekamar mandi dan membasuh mukaku, begitu keluar Bi'Fatim muncul membawa segelas susu dan dua lembar roti berselai untukku, "ditunggu dokter Gatan dibawah non" "hmmm" jawabku seraya meneguk susu, kucomot roti dan aku bergegas turun . . ."gadis jalan sambil makan itu namanya gak sopan"tegurnya ketika mendapatiku memasukkan potongan roti terakhir kedalam mulutku "biarin" jawabku tak begitu jelas karena mulut penuh "kenapa belum pakai seragam ?" ujarnya "gak kesekolah, disekolah ada donor darah masal dan aku harus jadi model simboliknya karena diliput salah satu stasiun televisi" jawabku ringan "yaudah kalau gitu ayo ikut aku kerumah sakit" ajaknya yang hanya ku ikuti tanpa berkata apapun aku mengikuti dibelakang dokter Gatan menuju ruang kerjanya, "itu kayak Viona ?" gumamku, aku bergegas melihatnya lebih dekat "benar itu Vio"gumamku "Vio ! Ngapain ?"teriakku melambaikan tangan"Bee . . ,"balasnya dan berlari menubrukku . ."isak tangisnya masih mengalir "hai siapa yang sakit ?" tanyaku agak keheranan karena aku tau keluarga Viona tinggal diluar negeri, "aku tadi hubungi nomor kamu, kenapa gak diangkat ?" protesnya masih dengan sedu sedan "hehe hape aku ketinggalan "jawabku terkekeh "Bee . . .Adivo Bee . . ." "Kenapa dengan Adivo ?" "itu yang dICU dia, " "kenapa kamu gak bilang ?" "aku bilang ditelfon tapi gak kamu angkat" tak lama Bell dan Sandi pun datang, "Adivo gimana ?"Sandy terlihat cemas "Rio udah ditangkep kok Vi, tenang ya !" "Bell plis deh! Yang aku cemasin itu Adivo"bentak Viona, aku merasa ketinggalan info, "sebentar sebentar sebenarnya ini ada apa sich ? Kok kayaknya aku gak tau ndiri, Adivo sakit apa sekarang ini ?" "aduh Bee . .kemana aja sich loe, Adivo itu ditabrak mobil ma Rio gara gara bantuin Viona kabur " ujar Beel "dia mau perkosa aku Bee, dia paksa aku masuk mobilnya, kebetulan Adivo denger"aku Viona sendu "kalo cuma dipaksa masuk mobil, dari mana kamu tau kalau dia mau perkosa kamu ?"kejarku "dia dah sering minta kita ML, tapi gue gak pernah mau"jelas Viona "bagus, say no to free sex"dukungku spontan Sesaat kami terdiam, "kenapa gak bilang kalo kesini ?" "temen aku kecelakaan dok" ujarku, mengerti yang kurasakan dokter Gatan pun ikut menunggu disebelahku Ganti si Bell yang salting gak jelas sekarang "keluarganya yang mana ?" tanya seorang dokter setengah baya, "oh dokter Gatan !keluarga anda ?"tambahnya ke arah dokter Gatan "bukan dok, teman dari adik adik ini, gimana dok kondisi pasien ?" air muka dokter yang didada kanannya tersemat pin bertulis dr.Ajinata itu berubah "kondisinya fatal dok, tidak terselamatkan" ujarnya setengah berbisik "oh no . . .it's imposible" teriakku spontan berlari kedalam di ikuti ke tiga temanku lainnya, ,kulihat tubuh Adivo sudah terbujur kaku, ku lihat Viona histeris dan pingsan, tak berapa lama orang tua Adivo tergopoh gopoh, penerbangan Menado-Jakarta memang tidak delay tapi perjalanannya yang bertepatan dengan jam sibuk Jakarta membuatnya tertahan beberapa jam dijalan, mengetahui anaknya tak bernyawa pun sang Ibu langsung limbung, terlihat dokter Gatan berjalan kearahku"dok coba periksa lagi, dokter tua itu pasti salah" ujarku memelas dokter Gatan hanya menarik lenganku menjauh dan membimbingku menuju kantin rumah sakit, dia meminta satu botol air mineral lalu menyodorkannya padaku "minum" "ih . . .aku tuh minta kamu periksa ulang temanku bukannya minta minum!"protesku kesal "diminum dulu!, duduk tenang baru kita bicara" ujarnya santai seolah tak ada apa apa, mungkin dia sudah terlalu sering menghadapi hal seperti ini, aku hanya menuruti kata katanya dan duduk disebelah dia duduk "Kondisi Adivo terlalu fatal, sebagian tulang rusuknya patah total, menurut dokter jaga darah beku juga menyumbat arterinya, mungkin ada pendarahan dalam dan yang paling mengecewakan pertolongan pertama yang salah atau terlambat menerima pertolongan" "memangnya gimana sich pelayanan rumah sakit ini ? Mengecewakan"ujarku kesal "Bee . .dokter menyimpulkan dia mengalami kecelakaan 30menit sebelum dibawa kerumah sakit, dan analisaku dia terlindas ban, karena rusuk sebelah kanan hampir semua patah, terlebih ada gegar otak fatal dikepalanya" ujar dokter Gatan pelan, "yaudah kamu ku antar pulang sekarang" "gak mau,mau lihat Adivo" "apanya yang mau kamu lihat, emangnya dia gak dibawa kekampung halamannya apa ?" dan benar juga apa yang dikatakan dokter Gatan. setelah aku berganti pakaian, aku memberi tau Bi'Fatim kalau aku ke Menado ikut mengantar jenazah Adivo, "dokter ikut kesana ?" tanyaku "iya!" "emangnya kenal ?" "kan aku nganterin kamu" "idih ketahuan takut terkangen kangen ma aku ya ? Hahaha" "kok tau? Peramal ya ?"balasnya santai,gila aja ni dokter mau dibikin salting kok malah membuatku salting "ok, we will together at Menado"ujarku Kita satu kelas telah berkumpul, aku dan dokter Gatan sampai sudah mepet, pesawat sudah akan boarding, aku mendapat dua seat kosong disebelah Verdiant, sejenak berdiri kuperhatikan satu seat didepanku ada makhluk yang kalau berdua selalu membuatku demek dan selebihnya aku tertidur. Pemakaman Adivo penuh isak tangis, kolega dan rekan rekan papanya yang berkecimpung di kesatuan Angkatan darat memadati pemakaman masih lengkap dengan seragam doreng mereka, aku menatap kearah dokter Gatan yang terlihat cool dengan keelokan fisik yang tercetak nyaris sempurna dibalik kemeja vintage hitam bergarisnya lengkap dengan kacamata hitamnya, ku alihkan pandanganku kearah Verdiant dan tanpa sengaja kamipun bertatap pandang,lalu kuarahkan mataku ke Indra, dengan celana warna krem, dan hem hitam sederhana serta kaca mata tebal yang nyaris berubah warna terkesan aneh dan jadul memang, tapi aku suka, heran deh andai aku bisa memilikinya . . .ahh ku tepis pikiran pikiran itu, ku tatap liang lahat dimana jasad Adivo tertanam mulai di tutup tanah dan tak lama kemudian sebuah gundukan tanah sudah terpampang nyata didepanku, Adivo telah pergi, tak kan ada lagi tawa candanya kini, aku tertunduk meremas tanah gundukan itu dan kuucapkan kata kata selamat tinggal dan sebuah bacaan AlFatikhah menuntun para pelayat meninggalkannya, dokter Gatan merangkulku dan membimbingku menuju mobil yang dia sewa, ku dapati ada tatapan tak suka yang mencolok dari Verdiant sementara Indra hanya terlihat menunduk,entahlah apa yang ada difikiran mereka berdua langit malam terlihat cerah, usai kirim doa kami beristirahat dirumah almarhum, melihat birunya air kolam dibelakangnya, beberapa diantaranya berenang, aku kok tertarik ya ? Pikirku , sesaat akupun mencelupkan tubuhku diair, ibu Adivo menunggui kami didekat kolam sepertinya dia terhibur, ketika aku mendongak keatas terlihat dokter Gatan memainkan smartphonenya dan sesekali melihat kebawah, malam semakin beranjak, aku sudah mengganti bajuku, kuambil sekaleng softdrink kesukaanku dan beranjak ketepi kolam, heningnya malam sedikit membuatku bergidik, teringat mendiang Adivo dan sejumlah lukanya, bayangannya seolah menari nari dikepalaku ah, aku mencoba bangkit untuk beranjak kedalam tiba tiba aku dikejutkan seseorang yang sudah berdiri dibelakangku "hah dokter bikin aku jantungan"seruku diantara nafasku yang naik turun dan wajah pucat pasi ketakukan "buang kaleng itu"ujarnya dingin "iya ini dibuang"sungutku "kemarin minum obat gak ?" "minumlah" "yaudah sekarang minum ini, dia menyodorkan segelas cairan menyerupai warna teh, kupikir teh hangat, langsung ku minum tanpa pikir panjang "hueh bau tanah"teriakku "udah di habisin !" "gak mau, kamu mau ngracun aku ya ?" "ngpain ngracun ? Kurang kerjaan, atau mau dikerubutin ini ?"ujarnya mengeluarkan cicak di dalam toples "uow . . .no, dari mana kamu tau aku takut cicak ?" "rahasia donk!" ujarnya seraya mengacak ngacak rambutku, aku hanya bisa meringis sebal, "coba lihat kelangit !bagus ya ?", "iya"jawabku "dokter aku pusing"rajukku manja, dia mengelus pelan rambutku dan menyandarkan kepalaku dipundaknya"tidurlah, pasti kamu capek" ujarnya memelukku dari samping dan sepertinya dia menyelimutkan sesuatu ketubuhku,"oh so sweet . .dokter Gatan benar benar romantis"terial Bell yang sempat kudengar "kok gak disuruh tidur didalem dok si Bee" ujarnya yang entah dijawab dengan ekspresi tubuh gimana, aku tak mendengar suara dokter Gatan, dan pagi ini juga kami balik ke Jakarta . .saatnya kembali dengan aktifitas seperti biasa hanya bedanya tak ada lagi Adivo diantara kita, sahabat paling tomboy dan care. . .selamat jalan Adivo apapun yang terjadi kamu tetap ada di hatiku. . kelanjutan kisahnya bisa di baca di novel yang bisa di pesan di sini novel bisa di pesan diwww.leutikaprio.com bisa melalui pesan fb leutika prio dengan subjek PESAN BUKU atau ke nomor 0819 0422 1928 di tunggu ordernya yaa...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H