Mohon tunggu...
Victor Marbun
Victor Marbun Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Berbagi pengetahuan melalui tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Susah Mencari Orang Jujur

25 Oktober 2014   18:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:46 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Judul di atas bukan hanya isapan jempol semata, terbukti betapa sulitnya mencari orang jujur saat ini. Lihat saja bagaimana Presiden Jokowi harus menunda pembentukan menteri-menterinya, hanya karena beberapa calon menterinya terindikasi korupsi atau tidak pro anti korupsi. Jokowi sampai meminta dua lembaga negara yakni KPK, dan juga PPATK dalam melacak rekam jejak sang calon menteri tersebut. Walhasil, KPK pun memberi tanda Merah dan kuning pada beberapa calon menteri Jokowi. Merah artinya banyak catatan yang dibuat KPK, Kuning artinya catatannya lebih sedikit dalam hal korupsinya, begitu kata Pak Johan Budi sebagai juru bicara KPK.

Tidak hanya itu, sudah banyak Kepala daerah alias gubernur yang tersangkut kasus korupsi. Menteri dalam negeri Gumawan Fauzi menuturkan sebanyak 290 kepala daerah sudah berstatus tersangka, terdakwa, dan terpidana karena terbelit kasus (Tempo.co). Bisa di bayangkan, betapa mencari koruptor itu sangat mudah di negeri ini dan mencari orang jujur itu sulit.

Ada berita menarik yang kita dengar baru-baru ini. Putri Jokowi, Kahiyang Ayu yang sedang mengikuti test CPNS di Solo. Seandainya Kahiyang Ayu tidak lolos tes CPNS (bukan mendoakan), maka efeknya akan luar biasa. Kita akan belajar dari Pak Jokowi, bahwa anak siapa pun sama kedudukannya dimata hukum dan dimata test CPNS. Saya akan menobatkan beliau sebagai Bapak anti KKN sepanjang masa.

Korupsi di negeri ini sudah masive, sistematis dan ter struktur. Mirip dengan Virus Ebola di Afrika yang begitu mewabah. Korupsi dan Virus ebola punya kesamaan, yakni sama-sama merusak dan mengancam kelangsungan manusia. Kesamaan lainnya adalah korupsi dan virus Ebola sama-sama menular dengan cepat. Jika ada satu orang korupsi dan tidak ketahuan, maka yang lain ikut-ikutan. Kesamaan lainnya adalah, jika terkena virus ebola, maka orang itu akan di karantina agak tidak menularkan kepada orang lain. Sama dengan korupsi, para koruptor sekarang dikarantina di LP Suka Miskin, Bandung.

Kesimpulannya, karena Virus Ebola dan korupsi memiliki kesamaan, maka perlu diciptakan obat atau pil anti korupsi. Pil tersebut diminum 2 kali seminggu selama menjabat di instansi yang melayani kepentingan publik. Para menteri, gubernur, anggota DPR dan pejabat lainnya wajib meminum pil anti korupsi. Diharapkan dengan meminum pil anti korupsi, orang yang tidak pernah korupsi akan tetap bersih dan tahan godaan untuk korupsi. sebaliknya, orang yang punya niatan korupsi, akan mengurungkan niatnya.

Akhir kata, semoga pemerintahan Pak Jokowi memiliki niat yang besar untuk melayani rakyatnya, sebesar sambutan rakyat ketika pak Jokowi di lantik beberapa saat lalu.

Salam Pil Anti Korupsi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun