Jauh di sana, rasaku tertinggal;
Setelah ku simpan birunya awan, mendungnya langit. Mataku memotret pantai berpasir gurun. Segarnya hijau hanyalah teringat dalam tidur
Cermin teranggurkan, aku hanyalah pucat yang merindu matahari. Ku gelar selimut ketika malam, Ku buka jendela ketika anjing-anjing tetangga menangis, ku coba bercakap dengan tangisnya. Apalah daya, ceritanya tersangkut
Jendelaku harus ku gembok
Tangisan itu tak perlu lagi. Dalam pengap, jendela purna sudah. Tersenyum, tertawa ku pelajari suaranya. Wujudnya janganlah kau tanya.
Jendelaku telah ku gembok
Malam telah tiba, curhatku dimulai;
pantai berpasir gurun, tangisan anjing, suara senyum dan tawa
lindap dalam selimutku
Jendelaku telah ku gembok
Biarlah aku tidur, akan ku bawa matahari dan segar hijau dalam mimpiku
Maafkan aku
Jendelaku telah ku gembok
Februari 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H