Ah, inikah baldah yang kau ceritakan, juga naseem pagi yang sarat akan senyummu.
Itulah dirimu, kemarau rasamu tak pelak buatmu tergugu sendu.
fatamorgana gurun,
debur ombak musim panas,
sepoi naseem pagi,
begitulah caraku mengenangmu.
Sayang, apa setelah daun mashoom mengering kau masih bisa merasakan degup jangtungku?
Ya, di sinilah aku, meletakkan mashoom pengganti kamboja,
merapal doa dan mengecup nisanmu.
Gadisku, berbahagialah.
Aku akan membersihkan disdasah putihku
dan menikmati gerimis rasaku bersama hujan musim panas.
Biarlah tangisku mendapatkan haknya menemui rindurinduku padamu.
Musim panas akan berahir
Baldah akan usai
Naseem pagi akan berlalu
Debur ombak akan mereda
Selimutilah dirimu, dengan setiaku akan kuhangatkan dirimu dengan perapian doadoaku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H