Mohon tunggu...
Zee PeGe 0,5
Zee PeGe 0,5 Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

zee ohm

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cerutumu Masih Berujung Merah

22 Februari 2014   16:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:34 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

kerak-kerak senja tak urung lesap terbuai adzan
cerutumu masih berujung merah ketika kau menanyakan kabarku
wajahku memerah dengan dada yang sesak
tak bisa ku jabarkan, sesak itu karena mulutmu yang berasap atau malah karena tanyamu

diam-diam ku lirik api yang selalu kau bawa, tidak kah kau mengerti
aku ingin menyiapkan api untukmu
kau tak pernah bertanya, dan aku dililit sungkan
tawaranku terbunuh remang senja, apiku untukmu memanas di telapakku

"rokok adalah budaya wong cilik, marginal, kesederhanaan desa"

tuturmu itu membuatku tersenyum, meski apiku tak pernah kau tahu
ada hal yang kelak akan ku ingat darimu

"cerutumu masih berujung merah"

Februari 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun