Mohon tunggu...
Mariam Umm
Mariam Umm Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu 4 anak

Ibu Rumah Tangga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Beri Anak Motivasi, Bukan Konfrontasi

20 Juli 2015   21:45 Diperbarui: 20 Juli 2015   21:53 1968
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai gantinya saya lebih memilih bilang : gak apa apa, ini artinya belajarnya harus lebih giat lagi jadi besok besok nilai ulangannya bisa bagus inshaallah, dan terbukti sesudahnya senyum  akan kembali terlihat diwajah anak saya, untuk kemudian dia berikan saya ciuman dipipi, "thanks Mum" katanya.

Konfrontasi----perdebatan,pertentangan--alih alih memberi anak semangat kadang orang tua bisa berbalik menjadikan sebuah konfrontasi, seperti kasus si Ibu tadi, mungkin maksudnya si Ibu tadi ingin menyemangati anak agar lain kali dia harus menjadi juara satu, tapi cara yang dilakukan si Ibu dengan menggunakan kalimat bernada penyalahkan dan "harusnya" malah berbalik menjadi konfrontasi, seorang anak mungkin malah menjadi down setelahnya, atau bahkan kehilangan semangat.

Sekarang saya coba share apa yang biasanya saya lakukan, untuk memotivasi anak. Dan saya harus tulis disini bahwa kami--saya dan suami--selalu percaya bahwa pendidikan berasal dari rumah, parents are there to educate, to dicipline and to motivate! tanpa konfrontasi tentunya.

1.  Anak saya --kecuali yang balita--memiliki buku kegiatan harian, buku ini berisi kegiatan yang mereka lakukan sejak bangun tidur sampai waktunya tidur lagi, apa saja yang mereka lakukan mereka harus menuliskannya di buku ini, dan sebelum tidur kami- saya atau suami--akan meminta mereka membacakannya.

Jika ada kegiatan yang membuat mereka kecewa, inilah saat memberikan motivasi, dan untuk kegiatan yang mendapat nilai baik  dan memuaskan mereka, maka selain memberi pujian, kami akan memberi tanda bintang sebagai nilai memuaskan untuk kegiatan bagus mereka hari itu, tanda bintang dibuku kegiatan harian ini membantu mereka mengingat kembali kegiatan baik yang sudah mereka lakukan dan sebagai salah satu alat motivasi untuk mereka.

2. Tidak menaikan suara menjadi beroktaf oktaf--teriak--scream,yelling, ini sebisa mungkin saya hindari, susah memang,tetapi suara keras dan teriakan bernada memerintah tidak akan membuat anak mendengar dan mungkin mereka akan menurut karena terpaksa.Saat anak terlihat tidak bersemangat dan malas, motivasi mereka dengan lembut. Jangan juga pernah memberi motivasi dibarengi kalimat ancaman.Ini hanya akan membuat anak lagi lagi merasa dipaksa untuk melakukan.

3. Berteman dekat dengan anak, dengarkan pendapat mereka, biarkan anak memilih apa yang ingin mereka lakukan, kami sebagai orang tua berusaha untuk tidak pernah memaksakan kehendak mereka  harus melakukan ini atau melakukan itu, seringnya kami hanya mengarahkan saja,karena mereka -anaklah- yang akan menjalani, dan saat anak menjalani sesuatu hal yang tidak mereka sukai bisanya anak juga sulit termotivasi.

Akhirnya, kata akhir untuk berhasil memang menjadi impian para orang tua, berhasil mendidik anak istilahnya, tapi keberhasilan haruslah disertai dengan kebebasan anak untuk memilih apa yang bisa membuat  mereka termotivasi, biarkan anak tetap menjadi anak, motivasi mereka sesuai kapasitasnya, karena masa anak tidak datang dua kali.

salam sayang untuk semua anak dimana saja, SEMANGAT!!!

----Sisi82---

artikelterkait:http://www.kompasiana.com/www.ummmariam.com/ketika-anakku-tak-seperti-anaknya_559336dc2e7a615c0535c67f

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun