Mohon tunggu...
Mariam Umm
Mariam Umm Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu 4 anak

Ibu Rumah Tangga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Moratorium TKI ke Saudi Ditutup, Lalu Bagaimana?

11 Mei 2015   15:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:09 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membaca banyak berita tentang keputusan pemerintah Indonesia menghentikan pengiriman Tenaga Kerja  Wanita ke Saudi--Timur Tengah dalam skala luas--, membuat saya senang, walau tidak sepenuhnya lega.

Saya senang, karena ini artinya pemerintah kita lebih memikirkan nasib Tenaga Kerja Wanita kita yang sepertinya tak perlu lagi kerja jauh jauh ke luar negri.

Saya tidak sepenuhnya lega karena masih punya pertanyaan, Lalu bagaimana Bapak? tak bisa lagi kerja ke Saudi , tetapi dalam negripun belum memberi lapangan kerja yang luas buat mereka.

Kalau dipikir lagi,pernahkah kita bertanya :  apa coba yang membuat para wanita kita ada yang rela pergi kerja jauh jauh ke Timur Tengah, menjadi pembantu ke Arab Saudi misalnya---saya ambil contoh Saudi karena saya di Saudi dan kenal beberapa Mbak TKW, kenapa kok para wanita ini nekat sekali kerja ke Saudi, padahal berita tentang TKW yang kena hukuman mati, disiksa majikan,sampai  TKW kabur dan harus lontang lantung di negri orang, tak sekali dua kali didengar.  Tapi toh tetap saja, para TKW  itu masih  balik kerja lagi ke Saudi,Kenapa?

Simple ajah jawabannya:

Karena mereka para TKW itu, tak mau anak mereka juga punya pengalaman seperti mereka!  tak mau anak atau sodara mereka mesti kerja jadi TKI/TKW seperti mereka,demi merubah status sosial mereka mesti jauh jauh kerja keluar negri, katanya : saya TKW tapi gak mau anak saya juga jadi TKW, begitu khan?

Dibalik berita sedih tentang TKW , masih banyak juga cerita manis TKW yang berhasil pulang membawa sukses, dan merubah status sosial mereka. Ini khan yang menjadi salah satu daya tarik, dan masih jadi magnet kerja jadi TKW yang katanya lebih cepat punya uangnya, dibanding kerja jadi pembantu di negri sendiri. Gaji pembantu katanya naik? apakah sudah beneran naik? entah...

Lalu katanya ----STOP  kirim TKW ke Saudi!

Ini hanya slogankah? mudahnya bicara stop kirim TKW ke Saudi, atau jangan ada lagi kirim tenaga kerja wanita ke timur tengah, gampang banget buat slogan dan membuat keputusan, slogan tinggal slogan, setelahnya  bagaimana apakah sudah sampai sini saja, STOP! titik!

Bagaimana nasib para wanita--yang pendidikan tak cukup- atau janda dengan banyak anak yang suaminya tak tanggung jawab misalnya, kemana mereka harus kerja, sementara lapangan kerja untuk mereka tak luas itupun kadang mereka masih harus bersaing dengan para pria, dan kita tau, diskriminasi ala lowongan kerja di Indonesia is real!

Kalaulah memang TKW kita tak lagi dikirim ke Saudi,pihak terkait  cepatlah ambil langkah selanjutnya, dengan membuka lapangan kerja yang luas buat mereka, atau memberikan pelatihan ketrampilan yang bisa membuat mereka berwiraswasta sendiri.

Tapi wiraswastapun butuh modal bukan? kalau para wanita ini tak punya modal, kemana harus meminta? apakah pemerintah bersedia meminjamkan modal buat mereka usaha? duhhh PR-nya banyak pemerintahan kita nih.

Time is running, semua slogan dan keputusan : tak bisa lagi kerja jadi TKW ke Saudi, tak usahlah kerja jadi TKW keluar negri,semua  harus ada imbangannya, begini :  tak bisa lagi karena-----------lapangan kerja luas terbuka untuk para Wanita itu dengan UMR yang lebih tinggi dari kerja jadi TKW ke  luar negri------tanpa melihat jenis kelaminya. Ini harus dilakukan cepat, karena masalah perut tak bisa menunggu. Anakpun harus tetap sekolah,bukan?

Dan,

Menghentikan pengiriman TKW ke Timur Tengah dalam hal ini Saudi dengan alasan  supaya tak ada lagi TKW kita yang dihukum mati adalah alasan yang tidak masuk akal, kalaulah ada TKW kita yang terkena hukuman mati di Saudi, lantas yang harus disalahkan siapa?

Kenapa tak mau mengakui saja, kalau TKW yang tersandung bermasalah  itu  tak memiliki pengetahuan tentang hukum yang berlaku di Saudi,hukum tenaga kerja saudi yang tak melindungi TKW kita, belum lagi suasana kerja dengan majikan yang culturenya saja sudah beda, apakah mereka--para TKW bermasalah itu --diberikan bekal pengetahuan yang cukup untuk ini. Belum lagi  para PJTKI nakal, yang  bermain asal ada uang makaTKW  bisa berangkat cepat ke saudi, tanpa dibekali  pengetahuan apapun.

Menghentikan pengiriman TKW ke Saudi--atau Timur Tengah dalam skala luas--, mungkin memberikan "citra" bagi pemerintah, tapi citranya masih abu abu untuk pemerintah kita saat ini, ingat untuk saat ini, keputusan pemerintah ini memang  ditanggapi baik oleh semua pihak,tapi lanjutannya bagaimana dan kapan yang bagaimana ini  terealisasi, jika yang bagaimana tadi terbukti , barulah citra yang sebenarnya citra beneran gak abu abu lagi.

Satu lagi : Bagaimana nasib TKW yang statusnya ilegal di Saudi, overstay tapi tak mau pulang dulu, tak mau pulang karena merasa uang belum cukup, tak mau pulang karena lapangan kerja di negri sendiri dengan UMR pantas juga tak luas buat mereka, dan bagaimana juga nasib calon TKW yang sudah keburu bayar PJTKI untuk kerja ke saudi, apakah uang mereka bakal dikembalikan?

==Sisi82==

artikel terkait : http://luar-negeri.kompasiana.com/2015/01/28/pembantu-indonesia-masih-dibutuhkan-di-saudi-698907.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun