Mohon tunggu...
Mariam Umm
Mariam Umm Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu 4 anak

Ibu Rumah Tangga

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Hidup di Saudi : Ketika Anakku di Bully di Sekolah

25 Desember 2014   05:23 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:30 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama di Saudi, dua jagoan saya sekolah di Sekolah Dasar Umum Khusus Putra Saudi, jagoan pertama tahun ini sudah masuk kelas 4 dan jagoan ke dua masih kelas 1. Selama ini kami tidak pernah punya masalah untuk mereka, pelajaran yang semua harus berbahasa arab, bisa mereka ikuti dengan baik, dan keduanya juga mudah bergaul dengan teman sekolahnya yang hampir 90% orang saudi asli, jadi kami pikir semua baik baik saja,tapi ternyata tidak begitu.

Si jagoan nomer dua, ternyata tidak seperti bayangan kami, beberapa waktu lalu dia bercerita bahwa bekal  makan siangnya "dicuri" teman sekelasnya bernama Khalil --bukan nama sebenarnya-- saat dia melapor ke saya --ibunya-- saya hanya bilang ke nomer dua bahwa itu tidak menjadi masalah, dan jangan meniru apa yang telah teman sekelasnya itu perbuat, dan bilang pada Khalil lain kali gak usah "nyuri" lagi tapi mintalah dengan baik, karena pasti Aaron- nama anak saya-- akan sharing bekal makan siang bersama. Jangan juga pernah memukul Khalil--- karena memang saya melarang anak saya untuk memukul teman sekolahnya. Its Not nice ! kata saya --dasarnya saya ibu yang hatinya lembek kali ya---

Begitulah, saat  si nomer dua pulang sekolah, dia kembali melapor ke saya bahwa dia sudah bilang ke Khalil apa yang saya katakan tetapi tidak berhasil, bahkan  kali ini Khalil selain mendorong dan  "mencuri" semua bekal makan siangnya juga berkomentar bahwa "Aaron itu ajnabi --orang asing---yang tidak seharusnya berada sekelas dengan mereka ---para saudi--- dan dengan lugunya anak saya bilang bahwa apa yang dia dengar itu sangat tidak enak , "Mom, it feels like someone has punch me on my tummy,makes me so sick,  i wanna trow up" dan air matanya pun mengalir. "I dont wanna go to school anymore ! "teriaknya.

Dan ternyata tidak sekali dua kali saja panggilan "ajnabi" sampai panggilan tak pantas lain dilontarkan untuk anak saya karena temannya tahu anak saya bukan berasal dari negara arab.

Saya peluk dia, dan mencoba menenangkannya, hati saya  terasa diremas melihat anak saya menangis karena perbuatan bully temannya, dan bayangkan yang mengatakan dan melakukan bully teman sekelasnya yang nota bene baru kelas 1 SD, mengejutkan dan hampir tak percaya rasanya.

Melaporlah saya ke suami, dan Aaronpun menceritakan semuanya, kejadian yang ternyata sudah berlangsung lama, tapi tidak pernah dia ceritakan ke saya,kakaknya, ayahnya, sampai abangnya yang satu sekolah dengan diapun tidak tahu soal ini, semua karena ancaman yang anak saya terima jika dia berani melapor, maka "wait and see " ituyang Khalil bilang ke dia, jadi anak saya benar ketakutan.

OK! ini sudah tidak bisa dibiarkan lagi.

Datanglah suami saya ke sekolah, dan menceritakan semua yang menimpa anak saya Aaron ke pihak sekolah, dan kami dikejutkan fakta bahwa di sekolah itu bahwa Khalil bukan hanya melakukan bully dengan perkataan kasar atau merebut makanan teman lainnya ke anak saya saja, tapi laporan yang sama juga sekolah terima dari anak lainnya, dan ternyata Khalil punya 4 saudara di sekolah itu yang semuanya terkenal sebagai " the trouble maker"

Suami saya juga diceritakan bahwa Khalil adalah putra nomer 15 dari 23 anak di keluarganya. Dia punya 15 saudara laki laki, 3 ibu , dan seorang ayah yang sudah pensiun. Bertahun anak laki laki  dari keluarga itu terkenal dengan julukan mereka, dan selama ini  laporan kenakalan mereka tidak pernah di tanggapi orang tuanya, dan pihak sekolah juga tidak bisa mengeluarkan mereka dari sekolah ---karena ini melanggar hukum saudi bahwa setiap anak berhak pendapat pendidikan disekolah---jadi harus bagaimana? karena jelas bully yang dilakukan Khalil sudah membuat anak saya trauma. Saat suami saya meminta nomer telepon orang tua Khalil, sekolah tidak memberikan,karena memang sekolah tidak bisa sembarang memberi info orang tua murid yang bersifat pribadi.

Akhirnya pihak sekolah mengambil keputusan memindahkan Khalil ke kelas lain, dan dia akan diawasi, sementara untuk anak saya, dia tetap dikelasnya yang lama, untuk Aaron  gurunya mencoba memberikan pengertian ke Aaron  bahwa semua murid adalah sama tanpa melihat dari mana asal mereka, teman temannya merindukannya  jika dia tidak mau pergi ke sekolah lagi, kebetulan anak saya  memang senang berteman, dan akrab serta tidak pemalu, jadi saya anggap memisahkan Khalil dan Aaron mungkin yang terbaik untuk saat ini,dan terlihat berhasil. Anak saya mau kembali ke sekolah, malah dia bersemangat.

Sekarang sudah hampir selesai 1 semester untuk Aaron, sejak kelasnya dipindahkan dia tidak pernah lagi pulang dengan laporan bekal makan siangnya dicuri atau ada teman memanggilnya "ajnabi" syukurlah sepertinya pihak sekolah benar mengawasi mereka. Dan juga saya mengajarkan anak saya untuk membela diri,jika mereka dipukul temannya maka mereka harus memukul balik, tapi jangan pernah memukul duluan apalagi untuk hal yang tidak perlu, tidak boleh lemah lagi, tapi harus berani membela diri, dan bicara..iya bicara dan jangan takut, karena kadang anak yang di bully menjadi tertutup, anak saya contohnya yang baru cerita lama setelah kejadian. Dan sebagai orang tua saya tidak mau kejadian bully ini terulang lagi dan lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun