[caption id="attachment_393785" align="aligncenter" width="600" caption="Ilustrasi/Kompas.com"][/caption]
Kemarin sore, tetangga saudi saya mampir ke rumah. Wajahnya terlihat lelah dan sesekali dia menghela nafasnya yang terlihat berat. Membawa anak bungsunya, tetangga saya bilang bahwa dia benar benar membutuhkan pertolongan saya, untuk membantunya mencarikan pembantu dari Indonesia, "Sisi, kamu pasti punya kan kenalan yang mau kerja di Saudi, tolonglah, please,please",katanya.
Tetangga saudi saya ini --suami dan istri--bekerja, suami di perusahaan petrochemical Saudi dan istrinya bekerja di Bank, mereka punya 4 orang anak, yang paling besar sepantaran sulung saya dan yang bungsu umurnya kira kira setahunan. Berceritalah tetangga saya itu , bahwa sudah hampir 2 tahunan ini dia sudah gonta ganti pembantu, yang pertama dia bilang dia punya pembantu asal afrika, tapi tidak bertahan lama, selain kerjaanya yang tidak rapih, juga karena anak anaknya merasa tidak nyaman dan tidak mau pulang kerumah sebelum dia atau suaminya pulang, entah kenapa,akhirnya tidak bertahan lama, tetangga saya memutuskan memulangkan si pembantu ke agennya di Madinah. Sebenarnya dia sayang juga, karena untuk ambil pembantu dia sudah bayar lumayan besar--saya tidak tanya berapa riyal---dan pembantu afrika ini dia bayar 1500SR sebulan, dengan pekerjaan merangkap rangkap, dari mulai jaga anak,masak,dan bersih bersih.
Yang kedua--yang terakhir ini--asal flipino, dan saat dia mengambilnya dari agen yang juga berasal dari Madinah tetangga saya dijelaskan bahwa wanita filipino itu hanya akan bertugas sebagai baby sitter saja, gak ada rangkap rangkap dengan gaji sebulan 2000SR,dan ini ada dalam surat perjanjian yang harus tetangga Saudi saya tandatangani,namun entah apa alasannya ,tetangga saya hanya memperkerjakan si baby sitter beberapa bulan saja.
"Saya kehilangan pembantu Indonesia"
Sangat! itu yang dia bilang ke saya, pembantu Indonesia, menurut tuturannya sangat bersih dan penurut serta tidak neko neko. Dia bilang pembantu Indonesia yang pernah dia punya kerja dengannya lebih dari 10 tahun, tetapi sejak moratorium ( apakah masih berlaku sekarang?) pembantu Indonesia-nya akhirnya pulang kampung dan tidak mau memperpanjang kontrak kerja. Bayarannya sebulan hanya 600SR dengan kerja yang merangkap semuanya--jaga anak,masak,dan bersih bersih----
Dalam hati saya mbatin:" pantas ajah dia kehilangan"
Lihat bedanya:
Pembantu asal Indonesia dengan gaji lebih kecil,kerjaannya rangkap rangkap dan gak neko neko alias penurut kata tetangga Saudi,bandingkan dengan pembantu asal afrika gajinya lebih besar dengan kerjaan rangkap rangkap namun gak rapih.
Jujur tidak sekali dua saya mendapat keluhan kehilangan pembantu Indonesia dari warga saudi yang saya kenal, dan mereka berharap semoga pembantu Indonesia bisa kerja lagi di Saudi,
Tapi apakah segampang itu? harapan mudah, kenyataannya bagaimana, apakah mereka--para majikan itu--mengetahui hak hak para domestic helper mereka?