Mohon tunggu...
Awalludin Ghufi
Awalludin Ghufi Mohon Tunggu... -

mengalir seperti air, berlari seperti angin dan berdiri bagai gunung.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Capres, Lihatlah Potret Perpustakaan Kita

9 Juni 2014   14:09 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:35 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14022720721294307632

[caption id="attachment_341327" align="aligncenter" width="576" caption="Foto AG. Alif Perpustakaan Seni Gendon"][/caption]

(Kepedulian yang tak diperdulikan)

Oleh: Awalludin Ghufi

Secara tradisional perpustakaan adalah sebuah koleksi berbagai macam refrensi buku yang mempunyai tempat dan ruang tersendiri. Dia bersifat individual maupun Umum: jika milik pribadi seseorang maka bisa disebut sebagai perpustakaan pribadi. Namun sebaliknya jika kumpulan koleksi buku - buku ini dikelolah oleh lembaga, baik yang swasta maupun Negeri maka penyebutanya pun menjadi Perpustakaan Umum.

Di salah satu sudut kota Jogjakarta, saya menemukan satu perpustakaan yang sangat unik dengan bangunan yang didirikan diatas tanah kurang lebih sembilan meter persegi. Seorang seniman yang ada di jogja, sebut saja namanya Pak Gendon membangun sebuah perpustakaan yang berbeda dengan perpustakaan pada umumnya. Bangunan artistik ini beliau buat untuk asupan intelektual bagi masyarakat sekitar. Rak-rak buku yang tersedia di Perpustakaan ini juga sangat unik dan kreatif. Beliau membuat rak (tempat mendisplay buku) dari blek-blek krupuk yang beliau desain sedemikan rupa, sehingga bisa dijadikan tempat untuk mendisplay buku-buku yang ada.

Sebuah desain ruang interior Artistik untuk proses transformasi data keilmuan dari  lembaran-lembaran buku ke daya intelektual manusia  saat ini tengah meradang. Masyarakat sekitar kurang memberikan dukungan dan apresiasi atas berdirinya Perpustakaan ini. Selain hal itu, kelengkapan buku juga amat sangat minim. Entah apa yang terlintas di benak masyarakat setempat dengan berdirinya bangunan ini. Ada harapan dan cita-cita dari pendiri perpustakaan ini, ketika taman rekreasi intelektual (perpustakaan) berdiri, ia berharap bahwasanya masyarakat  mau turut serta melestarikan dengan datang mengunjungi dan membaca buku-buku yang ada. Selain hal itu, berharap masyarakat  turut memberikan sedikit sumbangsih buku guna kelangsungan perpustakaan. Harapan tinggalah harapan untuk saat ini, bahkan Pemerintah yang seharusnya  menjadi penanggung jawab dan pengayomutama guna berlangsungnya program yang dicanangkanya (gerakan gemar membaca) seolah-olah menutup mata akan keberlangsungan perpustakaan ini. Mungkin perpustakaan yang di bangun Pak Gendon adalah secuil contoh kecil dari terkaparnya tempat-tempat serupa yang ada seantero Negeri.


Ya, beginilah potret dunia baca kita! adakah solusi? atau akan kita biarkan saja kemauan mulia seperti ini?

Mari kita sama-sama melihat kedalam diri kita masing-masing sambil mengabaikan segala macam angin surga yang sering kita dengar. Sudah saatnya kita berhenti saling tuding-menuding dan menyalahkan satu sama lain. Sudah saatnya bergerak, tidak hanya diam. Sekecil apapun perbuatan kita untuk melestarikan tempat-tempat yang mempunyai kepedulian akan kelangsungan dunia baca dan perbukuan, akan sangat berdampak besar.

Semoga dimasa depan Perpustakaan yang ada tidak bernasib sama seperti perpustakaan Pak Gendon. dan betapa indahnya jika perpustakaan pada akhirnya  mampu menjadi salah satu tempat favorit untuk rekreasiintelektual. ini adalah harapan kita bersama, saya rasa!

Kopi Hitam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun