Air minum dalam kemasan (AMDK) telah menjadi bisnis global, Indonesia merupakan salah satu negara produsen dan konsumen terbesar di dunia.
Namun, pasar air minum dalam kemasan Indonesia tampaknya telah mencapai tahap matang dari siklus hidupnya, karena tekanan persaingan yang meningkat di pasar ini, produsen perlu meninjau kembali strategi pemasaran mereka.Â
Pasar air minum dalam kemasan saat ini memiliki beragam produk dengan karakteristik dan harga yang berbeda-beda, namun tidak diketahui bagaimana karakteristik tersebut mempengaruhi harga eceran air minum dalam kemasan.Â
Selama beberapa dekade terakhir, konsumsi global air kemasan telah meningkat secara konsisten bahkan di negara-negara di mana air keran sebagian besar tersedia dan dianggap memiliki kualitas yang sangat baik.
Peningkatan ini sebagian besar terkait dengan perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan yang terkait dengan pertumbuhan ekonomi. Penelitian di Negara Italia (Carlucci et al., 2016) yang telah menyelidiki perilaku konsumen untuk mengidentifikasi alasan utama mengapa orang memutuskan untuk membeli air minum kemasan yang lebih mahal daripada air sumur.Â
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi air minum dalam kemasan sebagian besar didorong oleh ketidakpuasan konsumen terhadap kualitas organoleptik air keran (terutama rasa), diikuti oleh masalah kesehatan.
Meskipun masalah keselamatan dan peningkatan kesehatan kadang-kadang dianggap setara, kedua faktor tersebut bertindak secara berbeda.Â
Dalam konteks di mana ada ketidakpercayaan pada pemasok air keran (misalnya informasi mengenai masalah saat ini atau sebelumnya dengan air keran), persepsi risiko dan masalah keamanan lebih menonjol dalam mendorong konsumsi air minum kemasan.
Dalam kasus lain, konsumen mungkin lebih memilih air minum kemasan hanya karena dianggap lebih sehat, tetapi belum tentu lebih aman, daripada air ledeng (keran atau sumur).Â
Kebutuhan akan kenyamanan menjadi alasan penting lainnya dalam memilih air minum dalam kemasan terutama untuk konsumsi di luar rumah.Â