Mohon tunggu...
Syaiful Alaina
Syaiful Alaina Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

ketika seorang h amba menulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengembalikan Manusia ke Manusianya

29 Februari 2016   12:50 Diperbarui: 29 Februari 2016   12:57 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Yang di pahami tentunya secara salah oleh banyak orang sebagai modernisasi trnyata membawa manusia kepada kehidupan yg semakin premitif.alasanya manusia modernt lebih mendewakan akal pikiranya dan mengabaikan kalbunya.

Kita lihat saja jaman sekarang sekelas smp pun kalau IQ nya rendah tidak boleh sekolah karna apa, karna manusia sekarang di nilai dari segi tinggi IQ nya dan mengesampingkan EQ. akal pikiran mendapatkan perhatian berlebih san tidak seimbang dengan perhatian kalbu, telah terbukti malah membawa malapetaka atau paling sedikit tidak membawa kebahagian yang hakiki. Namun seolah olah manusia mentup mata terhadap kenyataan ini.bahkkan sampai ngotot di pertahankan.

Pendidikan terus di tunjukkan untuk mencerdaskan otak saja, tanpa memperlihatkan hati. Sistem pendidikan di negeri ini hanya mengajar dan tidak mendididk. Hasilnya adalah banyaknya orang pintar namun tak terdidik.pandai berbicara sana sini dan sering mengelabui orang tapi tidak berakhlak.dan di sinilah kerusakan bermula

Dan yang bikin miris pendidikan agama hanya di sikapi sebagai ilmu dan organisasi, bukan sebagai amal dan tuntunan hidup. Nhafal nama nama tuhan pun sudah di anggap makrifat, hafal ayat ayat hadis dan pake baju gamis sudah d anggap ulama / ustadt, di sinilah kerusakan bermula.

Yang di pahami tentunya secara salah oleh banyak orang sebagai modernisasi trnyata membawa manusia kepada kehidupan yg semakin premitif.alasanya manusia modernt lebih mendewakan akal pikiranya dan mengabaikan kalbunya.

Kita lihat saja jaman sekarang sekelas smp pun kalau IQ nya rendah tidak boleh sekolah karna apa, karna manusia sekarang di nilai dari segi tinggi IQ nya dan mengesampingkan EQ. akal pikiran mendapatkan perhatian berlebih san tidak seimbang dengan perhatian kalbu, telah terbukti malah membawa malapetaka atau paling sedikit tidak membawa kebahagian yang hakiki. Namun seolah olah manusia mentup mata terhadap kenyataan ini.bahkkan sampai ngotot di pertahankan.

Pendidikan terus di tunjukkan untuk mencerdaskan otak saja, tanpa memperlihatkan hati. Sistem pendidikan di negeri ini hanya mengajar dan tidak mendididk. Hasilnya adalah banyaknya orang pintar namun tak terdidik.pandai berbicara sana sini dan sering mengelabui orang tapi tidak berakhlak.dan di sinilah kerusakan bermula

Dan yang bikin miris pendidikan agama hanya di sikapi sebagai ilmu dan organisasi, bukan sebagai amal dan tuntunan hidup. Nhafal nama nama tuhan pun sudah di anggap makrifat, hafal ayat ayat hadis dan pake baju gamis sudah d anggap ulama / ustadt, di sinilah kerusakan bermula.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun