Mohon tunggu...
sutrisno
sutrisno Mohon Tunggu... Konsultan - Pengrajin kerajinan yang rajin

penikmat isu agama, sosial dan politik sambil ngopi

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Pesan untuk Kakak Aktivis Mahasiswa Milenial

30 Oktober 2020   20:30 Diperbarui: 30 Oktober 2020   20:50 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
suasana aksi masa yang digelar mahasiswa dan pelajar di depan kantor Walikota Cirebon 28/10/2020.dok.pribadi

Sebagai mantan mahasiswa milenial yang pernah terlibat demonstrasi, saya merasa diingatkan kembali tentang sumpah mahasiswa yang tiga lariknya persis seperti dikumandangkan pada tahun 1988 yaitu tanah air tanpa penindasan,bangsa yang gandrung akan keadilan, dan bahasa tanpa kebohongan. Sumpah ini setidaknya menjadi bekal untuk bermasyarakat.

Setelah lebih dari sepuluh tahun pasca reformasi tahun 1998 pergerakan mahasiswa nampak mulai menggeliat kembali dengan jumlah masa yang tidak kalah besar saat reformasi mulai digaungkan. Mereka aktif dalam menanggapi kebijakan pemerintah terkait isu HAM, kesejahteraan buruh, petani dll. Akhir tahun 2019 menjadi awal berkumpulnya kembali BEM-SI mereka sepakat untuk menolak RUU KPK yang dinilai melemahkan lembaga anti riswah. Di tahun ini mereka turun ke jalan lagi dengan tututan menolak UU Omnibus law. Aksi-aksi parlemen jalanan tersebut secara masif dilakukan serentak tidak hanya di ibukota jakarta namun di sejumlah daerah dan kota besar.

Ada rasa bangga bercampur heran melihat fenomena aksi masa sebesar itu. Rasa bangga itu muncul karena mahasiswa masih konsisten mamainkan perannya sebagai agen social of control.  Masyarakat seolah dibuat heran karena dugaan mereka selama ini menganggap semua organisasi mahasiswa internal kampus (BEM) telah dikuasai oleh organisasi eksternal (PMII, HMI, GMNI, GMKI, KAMI dll) bisa dikendalikan oleh para seniornya yang masuk dalam lingakaran pemerintahan dan partai politik, ternyata mereka bergerak sesuai hati nuraninya sebagai kaum intelektual yang masih memiliki idealisme

Masa-masa menjadi aktivis gerakan mahasiswa pada dasarnya tidak akan selamanya, kelak mereka akan menjadi masyarakat biasa. Tapi, tidak menutup kemungkinan bahwa aktivis mahasiswa milenial sekarang pada beberapa dekade ke depan akan mengikuti jejak para pendahulunya dengan masuk ke dalam lingkaran pemerintahan atau menjadi elit politik. walaupun tidak semua mantan aktivis berminat masuk ke lingkungan pemerintahan, karena pilihan hidup. Tapi kita bisa menyaksikan perjalanan politik bangsa ini sumber rekrutmen elitnya berasal dari mantan gerakan mahasiswa era reformasi. kita bisa menyebut beberapa nama diantaranya Pronomo anung, Tjahyo kumolo, Teten Masduki, Ganjar pranowo, Fadjroel Rahman, dan lain-lain.

Jika suatu hari nanti kaum aktivis milenial mengikuti jejak para pendahulunya yaitu masuk ke lingkaran pemerintah dan elit politik seperti nama-nama yang disebutkan, sepertinya sumpah mahasiswa bisa dijadikan bekal. Terutama sumpah yang ke tiga yaitu berbasa satu: bahasa tanpa kebohongan. Hal itu sesuai dengan jargon pemerintah kita yang mengusung integritas dalam berprilaku. Dan yang perlu diingat oleh kakak-kakak aktivis sekarang yaitu rakyat akan selalu mengingat apa-apa yang engkau katakan hari ini, karena ingatan rakyat tak sependek para politisi yang menjual janji-janji.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun