Sepanjang sejarah mencatat peran mahasiswa dalam setiap perubahan sosial yang terjadi di negara belahan dunia manapun, termasuk Indonesia yang katanya sudah mengalami reformasi pada tahun 1998 pun tidak lepas dari peran mahasiswa sebagai pelopornya, maka wajar saja apabila mereka diberi gelar sang revolusioner. Mereka terkenal dengan aksi jalanannya yang nekad dan brutal. wajar saja apabila sosok mahasiswa selalu menjadi garda terdepan dalam menyuarakan kebenaran, karena posisi mereka sebagai kaum intelektual muda yang berpendidikan dan memiliki idealisme katanya.
Kamis pagi 20/11/14 nampak suasana gedung sate (bandung) berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Pintu gerbang telah dipenuhi rombongan mahasiswa dari berbagai organisasi menjadi satu kesatuan masa aksi, suatu moment yang jarang dijumpai setiap waktu, dimana mereka bisa bertemu dan berkumpul bersama untuk tujuan yang sama. Terlihat masing-masing mahasiswa lengkap dengan peralatan demonstrasi sambil terus menyuarakan penolakan kebijakan pemerintah menaikan harga BBM dengan beberapa alasan diantaranya karena kebijakan itu tidak pro rakyat.
Demonstrasi memang menjadi hal yang wajar di negara demokrasi seperti Indonesia ini, karena termasuk dalam kebebasan menyatakan pendapat yang dalam hal ini pendapat kontra terhadap kebijakan pemerintah mungkin dapat juga dikatakan para mahasiswa ini sebagai oposisi pemerintah. Menurut Robert A. Dahl dalam bukunya a preface to democratic theory dikatakan bahwa dalam negara demokrasi sudah semestinya ada pihak oposisi yang akan menjadi konrol jalannya pemerintahan, dalam tanda kutip adalah oposisi yang dewasa, yang tidak asal kontra dan asal beda. Kebijakan menaikan BBM mungkin solusi yang baik atau malah sebaliknya, bagi pemerintah dan rakyat yang menganggap baik mungkin tindakan demonstrasi hanya dianggap sebagai pemberontakan, namun bagi rakyat yang menganggap buruk, mahasiswa adalah sang revolusioner yang idealis.
Idealisme memang harus tetap dimiliki oleh setiap mahasiswa agar fungsinya sebagai kontrol tetap berjalan dengan baik, agar semua tindakan dan suara yang disampaikan berangkat dari hati yang haus akan kebenaran. Idealisme yang dimiliki mahsiswa akan terus tumbuh subur apabila organisasi kemahasiswaan tidak berafiliasi dengan para elit politik manapun, sehingga apa-apa yang mereka suarakan adalah representatif dari rakyat;penyambung lidah rakyat. Apabila tetap berafiliasi, maka sampai kapanpun organisasi kemahasiswaan hanya akan menjadi alat konspirasi para elit, penyambung lidah elit, dan kepanjangan tangan dari senior-senior mereka yang sekarang menjadi elit politik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H