“saya lebih suka lamunan masa yang akan datang dari pada sejarah masa lalu” (Thomas Jefferson) mudah-mudahan jika terjemahan nya tidak salah.
Dua ,...Ada dua variable yang perlu dicermati, masa depan dan masa lampau, depan dan belakang.
Saya sangat menghargai pendapat itu entah dari sudut pandang mana seorang Jefferson mengemukakan pendapatnya
mungkin tidak bagi seorang Valentino Rossi ataupun Fernando Alonso.
Bagaimana mereka dapat memacu kendaraannya jika haya melamun dan tidak perlu mempelajari kesalahan –kesalahan yang telah diperbuatnya pada masa lampau?
Bagaimana mungkin meraka dapat menikung dengan kecepatan tinggi tanpa melihat sejenak kebelakang ataupun sedikit melirik dari kaca spion mereka?
Bagaimana mungkin kendaraan mereka dapaat mengembangkan top speed jika konstruksi kendaraan mereka hanya mengunakan roda depan saja tanpa didukung kokohnya roda belakang?
Entah berapa milyaard nyawa yang akan pergi kalau kita tidak belajar dari seorang yang bernama CHANG Hen( dari dinasti Han )yang pertama kali mengenalkan SEISMOGGRAF pada thn 132 SM dan satuan ukuran skala RICHTER yang ditemukan oleh CHARLES F RICHETER pada tahun 1934 , JAuh sejak kejadian meletusnya G KRAKATAU pada thn 1883, dalam Guines Book Of record letusan G KRAKATAU yang daya ledaknya 30.000 kali besarnya jika dibandingkan BOM ATOM yang meledak di HEROSIMA .menghasilkan gelombang Tsunami yang mencapai 40 m dan mengelapkan dunia selama 2 setengah hari saat debunya menutup atsmofer bumi, Seberapa banyak lagi manusia harus menjadi korban hanya dikarenakan tindakan KETIDAK CERDASAN manusia yang tidak mau belajar dari sejarah masa lampau.
"Maaf Tuan Jefferson kali ini saya tidak sependapat dengan anda"
Hanya dengan tulisan dunia mencatan sejarah masa lampau yang menjadi acuan bagi manusia-manusia tetap dapat melaju terus kedepan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H