Mohon tunggu...
Muhammad Rizved
Muhammad Rizved Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Bekerja dengan kesungguhan dan cinta demi cita-cita mulia adalah tujuan hidupku. Debu, terik matahari, dan hujan kuterobos. Asap knalpot santapan sehari-hariku. Bergelut dengan waktu kebiasaanku. Secarik kertas dan bulpoin menemaniku setiap harinya. Inilah aku. Hanya doa kepada Allah Swt, semoga selamat dunia akhirat ku ucapkan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Permainan Tameng Saat Keseriusan Cinta di Gugat

23 Agustus 2010   20:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:46 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kehidupan cinta kadang kala memang cukup membingungkan kita. Sebuah goresan tinta emas dalam hatitak selamanya indah dan terus indah. Orang yang beranggapan cinta itu datangnya dari hati mulai dari pandangan mata cukuplah tepat. Namun tepatkah jika suatu hubungan kita pertanyakan?. Tepatkah pula jika keseriusan jalinan asmara kita, kita pertanyakan pada pasangan kita?? Jawaban beragam muncul dari hal ini.

Saat anda “menggugat” keseriusan pasangan anda maka timbul pertanyaan yang sudah pastinya adalah pertanyaan keraguan dalam diri anda. Anggapan kebanyakan orang, mereka yang sering mempertanyakan keseriusan hubungan tak lebih dariorang yang merasa tak percaya diri, kurang pede, kurang yakin, dan lainnya.

Begitulah hal yang saya dapat dari perbincangan singkat dengan seseorang. Bahkan ada beberapa dari mereka yang tak ingin menjawab pertanyaan tersebut. Menurutnya, itu adalah hal yang tak logis dan tak wajar untuk diperbincangkan dan dipertanyakan!!

Alasan-nya pun beragam. Contohnya saja, jawaban yang bersumber dari hati. “Biarkan hati yang menjawab”. Namun hati kadang kala berbohong dan tak selamanya tepat. Terlebih hati manusia siapa yang tau. Laksana gunung berapi yang meletus, hatipun begitu? Kadang meletup-meletup dan berubah-ubah tergantung situasi dan kondisi hati saat itu. Jadi jawaban dari hati bisa dipertanggung jawabkan ataukah tidak, itu juga tergantung situasi dan kondisi hati kala itu.

Namun pertanyaan lain lagi muncul jika seandainya “gugatan” kita soal keseriusan hubungan tak menuai hasil. Pikiran pertama kita adalah apakah benar ia serius atauakah tidak. Kedua, apakah ia mencintai kita, dan yang ketiga, ia takut memberikan jawaban karena ia sendiri kurang yakin atas jawaban tersebut.

Berbagai tanggapan muncul, yang didominasi oleh pikiran yang ketiga tadi. Menurut seorang kawan, yang juga merupakan seorang reporter, pikiran ketigalah yang tepat untuk menggambarkan mengapa pasangan kita tak berani mengambil suatu keputusan. Apakah ia serius ataukah tidak.

Menurutnya, ketakutakan utama dalam diri mereka adalah ia sendiri kurang yakin akan jawaban yang nantinya keluar dari ucapan mereka. Jadi ia sengaja memberikan dalih-dalih ataupun tameng-tameng yang menggambarkan kebingungan-nya. Salah satunya adalah memberikan anggapan bahwa yang melontarkan pertanyaan tersebut dapat dikatakan kurang pede alias kurang percaya diri.

Jadi apakah itu adalah hal tabuh yang tak patut diperbincangkan dan dipertanyakan disaat kesetian cinta sudah hilang, disaat hati mulai ragu akan cintanya, disaat kita ingin mengetahui kepastian dan keseriusan cintanya ataukah hal yang wajar untuk dipertanyakan dalam suatu hubungan.

Yang jelas, ketika kesetiaan sudah mulai dipertanyakan dan keseriusan mulai di gugat, maka tameng pun akan dimainkan, agar cinta tetap ada??? Sebuah filosofi kuno yang pernah kudengar dahulu kala.

Makassar, 24 Agustus 2010,

Sebuah catatan kecil mengenai keseriusan cinta

Ctt;

·Ini hanya gambaran kecil saatkeseriusan hubungan mulai dipertanyakan

·Jangan di jadikan referensi

·Jangan pernah bersembunyi dibalik tameng, saat keseriusan mulai dipertanyakan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun