[caption id="attachment_334778" align="aligncenter" width="576" caption="dok. pribadi"][/caption]
Tak lebih dari 2 minggu, ketika Sys NS mengungkapkan idenya untuk membuat acara “Meneropong Indonesia Lewat Puisi” pada pertengahan April lalu, maka kemarin 4 Mei 2014 bertempat di Radio Sys NS, Jakarta Selatan, kegiatan yang mengundang tokoh-tokoh nasional untuk berpuisi pun digelar. Padahal seperti dalam kata sambutan dari Sys NS bahwa acara tersebut memang tidak pakai ‘panitia-panitiaan’ tidak ada ketua panitia, hanya digelar gotong-royong secara bersama-sama oleh pihak-pihak yang mendukung kegiatan tersebut dan tanpa melakukan publikasi.
Meski begitu acara tersebut langsung disiarkan secara live melalui frekuensi radio 99,9 FM Sys NS Radio.
Dalam daftar undangan terdapat nama-nama besar yang saat ini tengah popular di masyarakat, tak kurang dari Joko Widodo, Machfud MD, mau pun Rhoma Irama diundang untuk membacakan puisi yang bertema ‘ke-Indonesia-an’. Namun tak semua tokoh-tokoh nasional itu bisa hadir. Meski acara tersebut dihadiri oleh tokoh-tokoh politik, akademisi, budayawan, atau seniman/artis lain, seperti Rizal Ramli (ekonom, mantan Menkeu), Jend. (purn.) Luhut Binsar Pandjaitan (mantan Menperindag), Wakil Ketua MPR RI Lukman Hakim Saifuddin, Ruhut Sitompul, Ramadhan Pohan, Deddy Gumelar (Miing), Deddy Mizwar, Ichsanuddin Noorsy (akademisi, pengamat kebijakan publik), juga hadir Radhar Panca Dahana (budayawan), Cornelia Agatha, Rudi Hartono (mantan atlet), Edo Kondologit, Rikard Bangun (Wartawan senior Kompas), sampai Kapolri Jend. (Pol.) Sutarman.
Paling tidak ada dua puisi yang cukup menggetarkan saya seperti puisi yang dibacakan oleh Jend. (Purn.) Luhut Binsar Pandjaitan yang berjudul “Berguru Pada Negeri Leluhur”
Buteeeettt…
Di mana kau berada?
Seluruh pelosok aku menjelajah
Aku mulai lelah
Agak pasrah
Terasa gerah
Terpancing marah
Dan hampir menyerah
Buteeeettt…
Aku tau ini memang dosaku
Dosa termahal yang pernah kupunya
Tapi tolohlah, maafkan aku
Karena aku tak pernah berdongeng
Tentang indahnya warna-warni pelangi
Yang bisa membius dan memanjakan mata
Ya, itulah merah putih negeri kita, Indonesia
Buteeeettt…
Kau memang bukan cuma anak kandungku
Tapi kau juga anak kandung ibu pertiwi
Kau sama seperti Cut Nyak Dhien
Kau sama seperti Christina Marta Tiahahu
Kau sama seperti Kartini, Dewi Sartika, Cut Muthia
Bahkan kau sama juga seperti Sisingamangaraja
Pangeran Diponegoro, Imam Bonjol, Pattimura,
Teuku Umar, Pangeran Jayakarta, Wolter Monginsidi
Dan banyak lagi para pejuang tanah nusantara
Yang terlahir dari kandungan Ibu Pertiwi
Buteeeettt…
Maafkan aku
Aku tak pernah bercerita tentang kekayaan
Aku tak pernah bercerita tentang keragaman
Aku tak pernah bercerita tentang kebersamaan
Aku tak pernah mengajarkan tentang kebanggaan
Dan aku tak pernah mengajak ke tempat kesadaran
Buteeeettt…
Kau dengar indahnya adzan di surau?
Kau dengar nyanyian puja-puji di gereja?
Kau dengan doa suci di pura, klenteng dan vihara?
Oohh… betapa damai bumi ini bagai surgawi
Buteeeettt…
Betapa hebat adat istiadat
Betapa dahsyat ragam seni budaya bangsa
Betapa unik alunan aneka logat dan bahasa
Betapa seksi lukisan alam yang membentang
Itulah pelangi nusantara, zamrud khatulistiwa
Karya Tuhan untuk negeri tercinta, Indonesia