Beberapa waktu lalu saya dapat inbox dari seorang blogger yang pernah saya undang untuk mengikuti sebuah acara yang diadakan oleh salah satu perusahaan. Beberapa hari kemudian, blogger tersebut menanyakan kepada saya, "Apakah saya harus nulis review?"
Terus terang saya ketawa dia menanyakan hal seperti itu. Karena tentu saja jawaban saya adalah TIDAK HARUS menulis review.
Oh... come on..., blogger ini lahir dari para penulis yang memang ingin menulis dari hatinya. Menulis dari hati. Ketika hati merasakan sebuah dorongan 'ini harus dituliskan', maka lahirlah blog post. Menulis dengan gaya sendiri, cara sendiri, dan muatan tersendiri. Itulah blogger yang membedakan dengan penulis/jurnalis profesional.
Maka ketika blogger yang kerap diundang ke berbagai acara-acara peluncuran produk tertentu, launching ini itu, buka puasa bersama, halal bihalal, dan acara-acara kegiatan promosi sebuah perusahaan/produk, itu tidak harus nulis. Tidak harus posting. Silahkan menulis, jika hatimu merasa 'ini harus dituliskan'. Namun bukan sebuah keharusan.
Kapankah menulis menjadi sebuah keharusan?
Yaitu saat pihak penyelenggara, perusahaan yang mengundang para blogger berkomitmen untuk memberikan imbalan atas penulisan review produk/merk mereka. Ketika memang ada 'kesepakatan' honor menulis. Barulah menulis menjadi sebuah keharusan. Ada hak dan tanggung jawab.
Tapi kalau cuma diundang makan malam di sebuah peluncuran produk perusahaan, ya menulis bukan menjadi sebuah keharusan. Di sinilah agen perikalanan/ konsultan komunikasi/marketing/promosi perusahaan harus jeli, bagaimana agar blogger yang diundang itu nantinya akan menulis mengenai acara dan produk mereka. Maka harus dibuat acara yang sangat menarik, yang menggelitik perasaan para blogger, sehingga blogger terstimulasi untuk menulis.
Kenapa sih blogger menulis review sebuah produk harus dibayar?
Hal ini karena setiap perusahaan (apalagi perusahaan buesar) telah memiliki budget yang akan dibelanjakan untuk biaya promosi. Dan nilai biaya promosi ini mencapai milayaran rupiah. Yang biasanya biaya milyaran tersebut dibelanjakan untuk membeli spot iklan di media massa (elektronik dan cetak) atau media online.
Sebut saja biaya promosi sebuah produk paling kecil adalah Rp 500 juta. Pihak perusahaan biasanya akan menggunakan jasa konsultan PR, agen periklanan, konsultan marketing untuk membuat strategi promosi dan pemasaran produk mereka. Nah, pihak agen periklanan ini membuat strategi yang melibatkan dunia blogging. Maka dibuatlah Lomba Blog Anu, Lomba blog ini-itu, atau hanya sekedar mengundang blogger makan siang, makan malam dan mengadakan games-games berhadiah. Acara yang menjadi ajang promosi dengan cara 'ngasih' makan blogger, kasih goodie bags, sewa tempat, bayar honor bintang tamu, beres. Blogger senang, biaya acara yang relatif murah (jika dibanding belanja spot iklan), dan produk mereka pun akan ditulis oleh para blogger. Padahal untuk mengadakan kegiatan tersebut biayanya paling mahal 50 juta. (Sebuah komunitas blogger pernah mengadakan acara di sebuah cafe yang hanya menghabiskan biaya paling besar 5 juta rupiah saja!) 10% saja dari biaya promosi minimum 500 juta rupiah.
See, jadi ketika blogger menulis sebuah kegiatan acara promosi produk, launching produk, acara bukber perusahaan, maka yang sangat-sangat diuntungkan adalah perusahaan tersebut. (dan agency periklanannya) Kenapa blogger sekarang menjadi 'incaran' para agen promosi periklanan banyak perusahaan?