[caption id="" align="aligncenter" width="640" caption="juliation.net"][/caption] Pernah mendengar atau masih ingatkah kita tentang fable "The Ugly Duckling,"? Sebuah dongeng yang mengisahkan seekor 'bebek kecil' yang sangat berbeda dengan bebek-bebek lain dalam habitatnya. Karena perbedaan yang sangat mencolok tersebut maka bebek-bebek lain pun mengejeknya. Hingga bebek kecil yang unik itu sangat bersedih dan mulai mencari siapa 'dirinya.'
Bebek kecil itu terus mencari dan mencari bebek yang serupa dengannya. Hingga berganti musim dingin yang beku, bebek itu terus berjalan dan berjalan, mencari makan untuk dirinya sendiri. Tanpa terasa tubuhnya pun telah tumbuh membesar saat musim semi tiba. Bulu-bulunya menjadi indah dan sayapnya mengembang dengan cantik. Ketika ia mendatangi sebuah kolam, dan melihat refleksi dirinya sendiri dari dalam kolam, ia baru tersadar akan perubahan yang terjadi pada dirinya. Dan satu persatu angsa pun pun mulai mendekatinya. 'Bebek kecil' yang telah berubah itu pun bertanya, siapakah kawanan angsa ini. Dan mereka pun menjawab, "Kami angsa.., sepertimu..., ke mana saja kamu selama ini..."
[caption id="" align="alignright" width="296" caption="entertainment.ghiboo.com"][/caption] Kisah fable ini yang ada dalam benak saya ketika mengetahui seorang Indonesia bernama Ditta Miranda yang membintangi sebuah film Jerman berjudul "Pina." Film ini masuk sebagai salah satu nominator dalam ajang Academy Awards 2012, atau yang biasa disebut 'Piala Oscar,' untuk kategori BEST DOCUMENTARY FEATURE. (Nominasi Piala Oscar) Film "Pina," ini menampilkan tarian-tarian karya Pina Bausch, seorang koreografer legendaris dari Jerman. Pina Bausch sendiri telah meninggal pada musim panas tahun 2009 di saat pembuatan film ini. Wim Wenders, sang sutradara sempat mengurungkan niatnya untuk meneruskan proses pembuatan film Pina ini, namun para penari dari Tanztheater Wuppertal meyakinkannya untuk meneruskannya untuk menghormati Pina Bausch. Film produksi HanWays ini merupakan sebuah karya tari teatrikal yang mampu dipentaskan dalam ruang terbuka (outdoor), untuk merajut jalinan kisah cinta, kehidupan dan kekuatan. Dan yang lebih serunya lagi film Pina ini menggunakan teknologi 3-D untuk memberikan warna baru dalam seni tari kontemporer. Seperti dikisahkan oleh Esther, sahabat kecil Ditta Miranda.
Ditta Miranda yang sewaktu kecil sering menghabiskan waktu berjam-jam untuk mencari daun semanggi berkelopak 4, sementara adiknya yang pintar itu duduk saja memandangi kebodohan kami. Dalam hal ini ibunya sukses menyingkirkan kami dari kamar mandinya, karena biasanya kami berdua sudah 'nyemplung' di bak mandi kalau tidak dibohongi begitu. Kami suka naik tangga untuk mengintip anak laki yang cakep itu, dan melempari soang-soangnya dengan kerikil.
Si 'bebek kecil' itu kini telah bertemu habitatnya... dan menari indah bak angsa-angsa yang cantik. Sedari kecil Ditta memang gemar menari bersama kelompok tari balet Sumber Cipta. Lalu setelah tamat kuliah, ia pindah ke Jerman, dan menari untuk Bremen Stadt Theater, kelompok tari milik pemerintah selama enam tahun. Sebelum akhirnya bergabung dengan kelompok tari Pina sejak Juni 2000. Bersama Pina, Ditta sudah tampil lebih dari 13 repertoar di berbagai negara seperti Perancis, Italia, Tokyo, New York, dan London. Pina sangatlah populer di negara-negara ini. Tidak heran jika selama 30 hari pementasan di Paris, 30.000 tiket ludes terjual. Ini sebabnya tiket pertunjukan Pina dijual setahun sebelum pementasan. Di Eropa saja, harga tiketnya bisa mencapai 40 euro, sedangkan di New York, saat pertunjukan gala, bisa mencapai US$ 500. Maka jangan kaget bila aktor atau aktris Hollywood pun hobby menonton Pina.
*****
Tidak pernah mudah bagi seekor kupu-kupu keluar dari kepompongnya, untuk menari bersama bunga-bunga. Seluruh energinya harus dicurahkan agar terlepas dari kepompong yang membungkusnya. Hingga seluruh aliran darah mengalir ke sayap-sayap kupu-kupu tersebut dan hal itu justru akan mengembangkan sayap-sayapnya hingga terlihat sangat cantik. [caption id="" align="aligncenter" width="390" caption="pina-bausch.de"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H